Berhenti menganggap semesta sebagai agen pengantar barang di seberang sana. Sebaliknya, perhatikan hukum semesta dan tunduklah pada aturannya.
Like attract like, Kemiripan menarik kemiripan. Itulah bunyi teori Law of Attraction, atau hukum tarik-menarik. Satu pikiran akan menarik pikiran yang kurang-lebih sejenis atau bersangkutan yang menjadikan satu pikiran tadi bertumbuh menjadi lebih kompleks. Kita anggap saja satu pikiran awal tadi bagai sebuah benih pohon anggrek. Benih itu bukanlah pohon anggrek. Benih itu hanyalah benih yang merupakan sebuah “potensi pohon anggrek”. Dan jika ditanam, benih itu akan mulai tumbuh sesuai dengan sifat potensialnya—Ia akan menjadi pohon anggrek. Bukan pohon apel atau mangga.
Begitupula terjadi hukum yang sama terhadap pikiran. Dalam hitungan detik, setiap timbul suatu pikiran, maka pikiran itu akan menarik pikiran yang kurang-lebih serupa atau bersangkutan yang menghasilkan sebuah pemikiran yang lebih kompleks. Inilah yang sering terjadi dalam proses pencarian ide (menulis lagu, menggambar, menulis cerita, menyusun rencana bisnis).
Jadi, ada dasar-dasar yang jelas dan rasional dibalik teori Law of Attraction. Banyak penelitian dan eksperimen-eksperimen nyata yang telah dilakukan. Secara empiris (secara pengalaman), anda bisa membaca kisah orang-orang yang mengalami euforia terkait dengan menjalankan gaya hidup Law of attraction ini. Bahkan anda bisa mengalaminya sendiri (walau sebetulnya anda telah mengalaminya, dan masih akan terus mengalaminya dalam ketidak sadaran sampai anda memahaminya).
Bagi yang hanya mengenal teori ini dari buku-buku ringan dan praktis seperti the secret, mungkin awalnya ada perasaan euforia yang tak tertahankan ketika mengetahui “keajaiban” hukum ini, ketika mengetahui betapa kita bisa “mengubah hidup”. Dalam hitungan hari, banyak keajaiban-keajaiban kecil terjadi yang membenarkan teori ini, dan mereka sangat senang. Tetapi jauh di dalam hati mereka, sadar ataupun tidak, ada perasaan, “Oh ini terlalu bagus. Pastilah saya telah berpikir berlebihan. Ini mungkin hanya kebetulan saja.” Dan yap, segalanya berjalan datar lagi. Law of Attraction tidak mempan.
Di satu titik, kita mungkin ingin mencobanya lagi. Tetapi kali ini keragu-raguan membayangi tindakan kita. Keyakinan kuat yang kita miliki di awal-awal tidak bisa dipancarkan lagi. Dan semakin dipaksakan untuk yakin, justru semakin sulit. Akhirnya, kita memutar badan dan meninggalkannya. Law of Attraction tidak mempan.
Kita mulai skeptis terhadap teori ini. Banyak ketidak efektifan yang kita temui melalui pengalam kita. Segera saja, kita mulai terjun dalam “pesimisme yang meyakinkan”. Tetapi sayangnya ketika pikiran kita terus berubah-ubah tanpa bisa dihentikan, kita mulai lupa bahwa “Like attract Like”. Kemiripan menarik kemiripan. Jadi, apapun jenisnya, hasilnya adalah cermin dari pikiran yang menumpuk menjadi “Sikap Mental” yang mendominasi.
Saya ingin mengajak anda sedikit bereksperimen. Dan apa yang saya sampaikan ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan anda : Cobalah anda buka tulisan-tulisan mengenai para pemikir pesimistik. Bacalah tulisan-tulisan mereka. Saya berani bertaruh anda akan mendapati sebuah gagasan masuk akal tentang betapa buruknya dunia. Kemudian, sebelum pemikiran itu tertanam ke pikiran bawah sadar dan menjadi sikap mental anda, bukalah tulisan-tulisan para pemikir optimistik. Bacalah dengan seluruh perhatian gagasan-gagasan mereka. Dan, Ya.. Anda akan menemukan kebenaran-kebenaran membahagiakan tentang betapa baiknya dunia kita ini. Anda lihat?
Selalu ada jalur untuk tumbuh bagi pikiran apapun. Dan pikiran hanyalah sebatas pikiran sampai dia menarik pikiran yang kurang-lebih sejenis atau bersangkutan, kemudian terus menarik pikiran lain yang berhubungan, tumbuh menjadi gagasan kompleks, tertanam ke pikiran bawah sadar, mempengaruhi keadaan emosi, menjadi sikap mental, dan jika sudah begini, tinggal menunggu waktu untuk melihat pikiran itu dalam peristiwa hidup.
Begitulah hukum tarik menarik bekerja. Kuncinya adalah Sikap Mental. Jika sikap mental kita negatif, maka keyakinan yang baik akan sulit muncul yang membuat perwujudan keinginan ditunda. Dan perlu diingat, ini bukanlah menandakan bahwa hukum tarik-menarik tidak mempan. Hukum tarik-menarik selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan emosi yang mendominasi dengan diiringi sikap mental yang dipelihara. Selalu begitu. Sama pastinya dengan satu ditambah satu sama dengan dua.
Oleh karena itu, ubahlah anggapan bahwa semesta adalah seorang agen pengantar barang di seberang sana. Sebagai permulaan, lupakan keinginan menguji teori ini dengan mencoba menarik benda materi. Mulailah memikirkan pikiran bahagia, damai, dan tanpa beban. Maka pikiran-pikiran tadi akan menjalankan proses Like attract Like. Biarkan itu terjadi. Biarkan benih-benih itu tumbuh. Jangan pernah menekannya dengan pikiran-pikiran yang berlawanan. Sebaliknya pusatkan perhatian terus menerus pada kebenaran tentang Semesta yang Ramah, dunia yang indah dan sebagainya. Ini amat sulit pada awalnya. Dan biasanya, inilah yang membuat banyak orang enggan.
Bayangkan, ketika begitu banyak ketidakharmonisan di depan mata kita, kita justru disuruh memikirkan keharmonisan. Itu hampir sama dengan mengatakan bahwa api itu dingin. Jadi, masuk di akal jika banyak orang yang berhenti pada tahap ini.
Tetapi ingatlah, Like attract Like. Teruslah, dengan rileks, berpikir positif. Alihkan pikiran dari tekanan-tekanan. Lakukan ini sampai menjadi kebiasaan. Arti Kebiasaan di sini adalah kondisi di mana pikiran positif terpancar dengan sendirinya tanpa perlu usaha. Ketika kita sudah sampai pada kondisi berpikir positif dengan otomatis dan sering, itu artinya pikiran bawah sadar kita telah menerimanya dan mengolahnya menjadi sikap mental kita. Kemudian bukalah mata anda lebar-lebar. Di fase ini, dalam sikap mental yang baru, anda mulai lupa bagaimana rasanya memiliki sikap mental negatif. Dan itu artinya anda sudah menjadi orang baru yang siap menyelaraskan diri dengan Law of Attraction. Anda akan lebih melek dengan tidak menganggap Law of Attraction sebagai alat yang bisa digunakan. Tetapi sebuah aliran kehidupan dan kita bisa menyelaraskan diri dengannya. Bukanlah semesta yang menuruti kita untuk memberi apa yang kita inginkan. Tetapi kitalah yang harus tunduk pada hukum semesta, untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.