Ngaji Rasa

” Ngaji Rasa Ngaji Diri Ngaji Qur’an “

Itulah nasehat kakek buyut (Uyut) kepada saya. Dalam mengaji kehidupan harus melalui beberapa tahapan agar mengerti apa itu mengaji yang sebenar-benarnya mengaji sehingga kita mengetahui siapa dan dimana posisi kita serta seberapa besar porsi yang tepat untuk diri sendiri sehingga tidak akan mempunyai keinginan untuk mengambil hak orang lain.

Dalam tulisan ini saya hanya akan mengupas tentang ngaji rasa. Apa itu ngaji rasa ? Rasa apa yang dikaji ? Bagaimana mengujinya ? Maka kita akan tahu rasa yang hiji atau rasa yang sejati. Oleh Uyut diterangkan dengan sederhana sekali.

” Kapan rasanya kamu mempunya mata ? “tanya Uyut.
” Waktu lihat wanita cantik “
” Bukan ” jawab Uyut
” Waktu lihat gambar atau film porno “
” Salah sekali hehehehe ” lantang teriakan Uyut.
” Terus kapang dong Yut ? “
” Jawabannya mudah yaitu waktu kamu sakit mata. “
” Kok waktu sakit mata “
” Ya, waktu sakit mata khan baru kamu merasakan punya mata. “

Benar juga kata Uyut tersebut. Waktu kita mengalami saki mata barulah kita menyadari rasanya punya mata. Pada waktu sakit mata, kita merasakan betapa sengsaranya hidup dengan mata yang sakit. Susah tidurlah, gelisahlah, letih menghapus air mata yang terus keluar sampai terasa hidup ini sengsara dibuatnya karena kita tidak bisa bergerak bebas kemana-mana.

Ini baru sakit mata bagaimana kalau buta atau tidak mempunyai mata maka akan lebih sengsara lagi. Karena dalam melakukan aktifitas, kita sangat bergantung kepada sesuatu baik berupa alat atau orang yang mau menuntut dan mendampingi kita beraktifitas sehari-hari.

Hal ini tidak hanya berlaku kepada mata tetapi seluruh tubuh manusia. Satu saja anggota tubuh kita sakit maka seluruh tubuh kita akan merasakan sakit. Jadi satu kesatuan utuh. Itulah yang dinamakan satu untuk semua, semua untuk satu.

Bagaimana melatih rasa ? Kenalilah satu persatu apa yang dimiliki. Tidak usah jauh-jauh mencarinya. Mulailah dari tubuh kita sendiri mulai dari kepala sampai ujung kaki. Kalau sudah merasakan apa yang dimiliki maka kita akan mengagumi Sang Pencipta yang menciptakan manusia dengan sempurnanya. Selain itu dengan ngaji rasa maka kita dapat mengerti apa itu yang namanya empati dan simpati. Empati rasa terhadap apa yang dialami orang lain sehingga menimbulkan simpati rasa terhadap orang tersebut. Bagaimana ya kalau saya mengalami masalah yang dihadapi oleh orang tersebut. Jadi kita tidak akan mudah menuding, menyinggung dan menjustifikasi sesuatu sebelum kita paham benar tentang sesuatu tersebut.

Setelah ngaji rasa barulah kita dapat mengerti mengapa Yang Maha Kuasa memberikan rasa kepada manusia. Dan mengapa manusia diciptakan ? Dapat dijawab dengan ngaji berikutnya yaitu Ngaji Diri.

Cicak, Tai, dan Rezeki

Sebelumnya, berapa kali Anda menyaksikan film yang mengangkat tema tentang hidup maupun mati? Rasanya hampir seluruh film mengandung dua unsur tersebut, meskipun tidak secara gamblang mengangkat tema itu. Ya, hidup dan mati, sering diafiliasikan dengan pertanyaan mengapa dan untuk apa. Jawabannya mungkin beragam, tergantung dari seberapa sadar manusia yang menerimanya. Bagi seorang guru, jawabannya bisa jadi mendidik sebanyak mungkin manusia muda untuk dipersiapkan sebagai generasi penerus yang berkualitas dan berdaya saing. Akan tetapi, bagi seorang penjudi, hidup adalah untuk mendulang banyak pemasukan dari poin-poin judi yang ia pasang. Manfaatnya? Tentu ada, lihat dulu dari skalanya.

Secara pribadi penjudi memberikan manfaat bagi pelaku judi lainnya. Jika tersentralisir, tentu warung-warung rokok pinggir arena judi akan kecipratan rejeki. Belum lagi dukun tempat penjudi meminta saran, tentunya akan turut mengipaskan lembaran rupiah hasil praktik konsultasinya.

Sebagian manusia sering berpikir hidup ini sangat tai. Bagaimana ketidakadilan menurut mereka sudah menjadi bagian hidup keseharian. Si kaya, si miskin, si tai, memiliki pandangan tersendiri bagi konsep ketidakadilan. Bagaimana jika dialihkan? Seberapa banyak dirubah menjadi seberapa besar manfaat hidup. Ini sering luput dari kita sebagai mahluk yang penuh nafsu. Keadilan menurut hemat Saya berlaku menjadi sistem sirkuler. Tai, yang menurut banyak orang tidak estetis, buruk, dan bau sangat dihindari oleh manusia. Padahal, mereka juga memproduksi tai setiap hari.

Tai, bisa juga dikatakan rejeki. Coba lihat perusahaan yang bergerak di bidang jasa sedot wc. Berapa banyak karyawan yang bergantung rejeki pada tai. Sungguh, inilah keadilan rejeki yang sudah dijanjikan. Anda tahu cicak? Binatang reptil yang termasuk ke dalam suku Gekkonidae ini banyak juga dihindari oleh manusia. Namun apa manfaatnya sudah jelas, makanan utama mereka adalah nyamuk, dan nyamuk itu musuh besar manusia saat tertidur. Jika manusia terganggu tidurnya oleh nyamuk, niscaya esok hari tidak akan maksimal dalam beraktivitas.

Cecak atau cicak ini juga mengalami konsep keadilan rejeki. Bagaimana tidak, cicak yang tidak bisa terbang justru makanan utamanya adalah nyamuk yang bisa terbang. Cicak tidak mungkin mengeluh dan meminta mereka bisa terbang bebas untuk mengejar mangsanya, nyamuk. Tapi, dengan segala sistem yang terbentuk secara natural oleh Sang Penguasa, semuanya bisa berjalan layaknya mesin, teratur dan seimbang.

Itulah keajaiban rejeki. Hal yang paling sering disebutkan di seminar-seminar motivasi. Yang nyatanya, manusia sudah dijatahi masing-masing tanpa harus rebutan rekor rejeki. Bagi yang memiliki rejeki lebih sedikit tentu bukan diharuskan menghasilkan keluhan-keluhan baru. Namun, memperbaiki kualitas diri sebagai bentuk persiapan menerima rejeki baru dalam jumlah yang lebih besar, itu yang paling bijak (saat ini…).

Law of Attraction tidak mempan?

Berhenti menganggap semesta sebagai agen pengantar barang di seberang sana. Sebaliknya, perhatikan hukum semesta dan tunduklah pada aturannya.
Like attract like, Kemiripan menarik kemiripan. Itulah bunyi teori Law of Attraction, atau hukum tarik-menarik. Satu pikiran akan menarik pikiran yang kurang-lebih sejenis atau bersangkutan yang menjadikan satu pikiran tadi bertumbuh menjadi lebih kompleks. Kita anggap saja satu pikiran awal tadi bagai sebuah benih pohon anggrek. Benih itu bukanlah pohon anggrek. Benih itu hanyalah benih yang merupakan sebuah “potensi pohon anggrek”. Dan jika ditanam, benih itu akan mulai tumbuh sesuai dengan sifat potensialnya—Ia akan menjadi pohon anggrek. Bukan pohon apel atau mangga.

Begitupula terjadi hukum yang sama terhadap pikiran. Dalam hitungan detik, setiap timbul suatu pikiran, maka pikiran itu akan menarik pikiran yang kurang-lebih serupa atau bersangkutan yang menghasilkan sebuah pemikiran yang lebih kompleks. Inilah yang sering terjadi dalam proses pencarian ide (menulis lagu, menggambar, menulis cerita, menyusun rencana bisnis).

Jadi, ada dasar-dasar yang jelas dan rasional dibalik teori Law of Attraction. Banyak penelitian dan eksperimen-eksperimen nyata yang telah dilakukan. Secara empiris (secara pengalaman), anda bisa membaca kisah orang-orang yang mengalami euforia terkait dengan menjalankan gaya hidup Law of attraction ini. Bahkan anda bisa mengalaminya sendiri (walau sebetulnya anda telah mengalaminya, dan masih akan terus mengalaminya dalam ketidak sadaran sampai anda memahaminya).

Bagi yang hanya mengenal teori ini dari buku-buku ringan dan praktis seperti the secret, mungkin awalnya ada perasaan euforia yang tak tertahankan ketika mengetahui “keajaiban” hukum ini, ketika mengetahui betapa kita bisa “mengubah hidup”. Dalam hitungan hari, banyak keajaiban-keajaiban kecil terjadi yang membenarkan teori ini, dan mereka sangat senang. Tetapi jauh di dalam hati mereka, sadar ataupun tidak, ada perasaan, “Oh ini terlalu bagus. Pastilah saya telah berpikir berlebihan. Ini mungkin hanya kebetulan saja.” Dan yap, segalanya berjalan datar lagi. Law of Attraction tidak mempan.

Di satu titik, kita mungkin ingin mencobanya lagi. Tetapi kali ini keragu-raguan membayangi tindakan kita. Keyakinan kuat yang kita miliki di awal-awal tidak bisa dipancarkan lagi. Dan semakin dipaksakan untuk yakin, justru semakin sulit. Akhirnya, kita memutar badan dan meninggalkannya. Law of Attraction tidak mempan.

Kita mulai skeptis terhadap teori ini. Banyak ketidak efektifan yang kita temui melalui pengalam kita. Segera saja, kita mulai terjun dalam “pesimisme yang meyakinkan”. Tetapi sayangnya ketika pikiran kita terus berubah-ubah tanpa bisa dihentikan, kita mulai lupa bahwa “Like attract Like”. Kemiripan menarik kemiripan. Jadi, apapun jenisnya, hasilnya adalah cermin dari pikiran yang menumpuk menjadi “Sikap Mental” yang mendominasi.

Saya ingin mengajak anda sedikit bereksperimen. Dan apa yang saya sampaikan ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan anda : Cobalah anda buka tulisan-tulisan mengenai para pemikir pesimistik. Bacalah tulisan-tulisan mereka. Saya berani bertaruh anda akan mendapati sebuah gagasan masuk akal tentang betapa buruknya dunia. Kemudian, sebelum pemikiran itu tertanam ke pikiran bawah sadar dan menjadi sikap mental anda, bukalah tulisan-tulisan para pemikir optimistik. Bacalah dengan seluruh perhatian gagasan-gagasan mereka. Dan, Ya.. Anda akan menemukan kebenaran-kebenaran membahagiakan tentang betapa baiknya dunia kita ini. Anda lihat?

Selalu ada jalur untuk tumbuh bagi pikiran apapun. Dan pikiran hanyalah sebatas pikiran sampai dia menarik pikiran yang kurang-lebih sejenis atau bersangkutan, kemudian terus menarik pikiran lain yang berhubungan, tumbuh menjadi gagasan kompleks, tertanam ke pikiran bawah sadar, mempengaruhi keadaan emosi, menjadi sikap mental, dan jika sudah begini, tinggal menunggu waktu untuk melihat pikiran itu dalam peristiwa hidup.

Begitulah hukum tarik menarik bekerja. Kuncinya adalah Sikap Mental. Jika sikap mental kita negatif, maka keyakinan yang baik akan sulit muncul yang membuat perwujudan keinginan ditunda. Dan perlu diingat, ini bukanlah menandakan bahwa hukum tarik-menarik tidak mempan. Hukum tarik-menarik selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan emosi yang mendominasi dengan diiringi sikap mental yang dipelihara. Selalu begitu. Sama pastinya dengan satu ditambah satu sama dengan dua.

Oleh karena itu, ubahlah anggapan bahwa semesta adalah seorang agen pengantar barang di seberang sana. Sebagai permulaan, lupakan keinginan menguji teori ini dengan mencoba menarik benda materi. Mulailah memikirkan pikiran bahagia, damai, dan tanpa beban. Maka pikiran-pikiran tadi akan menjalankan proses Like attract Like. Biarkan itu terjadi. Biarkan benih-benih itu tumbuh. Jangan pernah menekannya dengan pikiran-pikiran yang berlawanan. Sebaliknya pusatkan perhatian terus menerus pada kebenaran tentang Semesta yang Ramah, dunia yang indah dan sebagainya. Ini amat sulit pada awalnya. Dan biasanya, inilah yang membuat banyak orang enggan.

Bayangkan, ketika begitu banyak ketidakharmonisan di depan mata kita, kita justru disuruh memikirkan keharmonisan. Itu hampir sama dengan mengatakan bahwa api itu dingin. Jadi, masuk di akal jika banyak orang yang berhenti pada tahap ini.

Tetapi ingatlah, Like attract Like. Teruslah, dengan rileks, berpikir positif. Alihkan pikiran dari tekanan-tekanan. Lakukan ini sampai menjadi kebiasaan. Arti Kebiasaan di sini adalah kondisi di mana pikiran positif terpancar dengan sendirinya tanpa perlu usaha. Ketika kita sudah sampai pada kondisi berpikir positif dengan otomatis dan sering, itu artinya pikiran bawah sadar kita telah menerimanya dan mengolahnya menjadi sikap mental kita. Kemudian bukalah mata anda lebar-lebar. Di fase ini, dalam sikap mental yang baru, anda mulai lupa bagaimana rasanya memiliki sikap mental negatif. Dan itu artinya anda sudah menjadi orang baru yang siap menyelaraskan diri dengan Law of Attraction. Anda akan lebih melek dengan tidak menganggap Law of Attraction sebagai alat yang bisa digunakan. Tetapi sebuah aliran kehidupan dan kita bisa menyelaraskan diri dengannya. Bukanlah semesta yang menuruti kita untuk memberi apa yang kita inginkan. Tetapi kitalah yang harus tunduk pada hukum semesta, untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.