Pada suatu hari di surga, sekumpulan Malaikat yang setiap hari tiada henti bekerja untuk mengurusi manusia, mendapatkan hari libur. Ada sekitar dua puluh Malaikat yang bebas tugas sementara. Karena tidak ada kegiatan, kedua puluh Malaikat ini sepakat bermain-main. Seorang Malaikat mengusulkan melakukan permainan menjadi manusia bumi.
Untuk itu, dipilihlah satu Malaikat sebagai Tuhan jadi-jadian, satu Malaikat sebagai Malaikat, satu Malaikat sebagai Iblis dan sisanya sebagai manusia. Malaikat yang memerankan Tuhan menentukan dua jalan : jalan keselamatan dan jalan kesesatan. Di jalan keselamatan, dia menaruh satu Malaikat yang berperan sebagai Malaikat. Sedangkan di jalan kesesatan, dia menaruh satu Malaikat yang berperan sebagai Iblis. Dia pun menentukan Malaikat yang berperan sebagai manusia untuk ditaruhnya di jalan keselamatan maupun di jalan kesesatan. Dan permainanpun dimulai.
Malaikat yang berperan sebagai Tuhan kerapkali membentak mereka yang ada di jalan kesesatan. Dia mengabarkan kepada mereka yang ada dijalan keselamatan bahwa para penghuni jalan kesesatan adalah ciptaan celaka, ciptaan bodoh, ciptaan yang menentang, pengikut Iblis, selamanya akan menjadi penghuni neraka. Dan dia memuji-muji mereka yang ada dijalan keselamatan.
Permainan pun berlanjut. Malaikat yang berperan sebagai Tuhan memerintahkan Malaikat yang berperan sebagai Iblis untuk menutupi mata mereka yang ada dijalan kesesatan. Malaikat yang berperan sebagai Tuhan ini terus mengutuk-ngutuk tiada henti-hentinya. Dia memberikan nasehat kepada mereka yang ada di jalan keselamatan agar tidak mencontoh perilaku mereka yang ada di jalan kesesatan.
Ditengah permainan yang semakin panas, mendadak saja Iblis yang asli datang. Dia hadir dengan tawa cekikikan dari atas pohon surga melihat permainan para Malaikat itu. Mengetahui kehadiran Iblis yang asli, para Malaikat serempak menghentikan permainannya. Mereka menoleh kepada Iblis dan menghardik : “Iblis terkutuk, mengapa kamu tertawa seperti itu!” Iblis masih tertawa cekikikan sebelum kemudian dia menjawab,”Permainan gak jelas!” Malaikat yang berperan sebagai Tuhan tersinggung. “Maksud loh?” “Ya gak jelas!” “Dimana gak jelasnya?” Iblis tertawa kemudian turun dari atas pohon bagaikan burung elang. “Dengar, ya. Kamu yang berperan sebagai Tuhan. Kamu yang menentukan mana saja penghuni jalan keselamatan dan mana saja penghuni jalan kesesatan. Kamu juga yang memarah-marahi mereka yang ada di jalan kesesatan, mengutuk-ngutuk mereka dan siap-siap menyiksa mereka selama-lamanya di neraka.
Kamu lupa siapa yang membuat mereka seperti itu?” “Ya aku!” “Nah, disitu letak gak jelasnya!” Malaikat yang berperan sebagai Tuhan tidak terima. “Hai Iblis! Kan aku cuma mencontoh saja. Cuma meniru saja!” “Meniru siapa?” “Meniru Tuhan yang sesungguhnya!” Mendengarnya Iblis tertawa keras kegirangan! Dia melesat keangkasa meninggalkan para Malaikat yang gusar sambil berteriak : “Berarti siapa yang gak jelas sesungguhnya?” Para Malaikat menatap Iblis yang terbang dengan mulut melongo.
Damar Shashangka