“Ihdinaa alshshiraatha almustaqiim: Bukan hanya minta ditunjukan tapi dihantar sekalian di atas Shirathal Mustakim”
Shirathal Mustakim, ia diumpamakan sebagai jembatan (bridge), adalah sebuah jembatan yang sangat licin, kaki sulit sekali berdiri di atasnya karena menurut banyak riwayat jembatan itu tipisnya seukuran sehelai rambut dibelah tujuh dan lebih tajam dari pada pedang.
Banyak tipe golongan manusia yang melintas jembatan yang dibangun diatas neraka tersebut; ada golongan yang dapat melintasinya secepat kilat., ada golongan yang dapat melintasinya seperti tiupan angin, ada golongan yang dapat melintasinya dalam jangka waktu sehari semalam, Ada golongan yang dapat melintasinya selama 25 ribu tahun, ada golongan yang dapat melintasinya dengan tertatih-tatih, dan banyak golongan yang jatuh terperosok.
Melintas di jembatan Shiratal Mustaqim itu adalah perumpamaan betapa sulitnya berjalan diatas jalan yang lurus selama hidup di dunia ini. Sulitnya tidak hanya terletak pada waktu berjalan di atasnya, tapi sulit menentukan tujuan yang lurus. Sulit tidak hanya karena menjalankan perintah dan meninggalkan larangan agama, tapi sulit menentukan tujuan menjalankan perintah dan meninggalkan larangan agama itu apa?
Shiratal Mustaqim (yang arti harfiahnya jalan yang lurus) itu tidak hanya jembatan atau jalan, tapi juga bisa berupa petunjuk, atau bahkan Al-Qur’an itu sendiri juga Shiratal Mustaqim karena ia mengajak ke jalan yang lurus. Maka sebenarnya setiap langkah kita saat ini adalah berjalan diatas Shiratal Mustaqim, setiap aliran darah yang di pompakan dari jantung keseluruh tubuh adalah Shiratal Mustaqim, setiap gerak dari seluruh badan kita adalah Shiratal Mustaqim, setiap ide, buah pikiran dan keputusan-keputusan yang kita ambil adalah Shiratal Mustaqim.
Untuk mengatasi tingkat kesulitan selama berjalan di atas Shiratal Mustaqim itu jangan hanya mengartikan bahwa “Ihdinaa alshshiraatha almustaqiim” adalah “tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”, tapi “hantarkanlah kami ke jalan yang lurus”, karena petunjuk aja tidak cukup dan masih bisa tersesat, tapi meminta dihantar sekalian menuju tujuan yang benar, yaitu “Shiraatha alladziina an'amta 'alayhim”, bukan “ ghayri almaghdhuubi 'alayhim walaa aldhdhaalliina”.
Silahkan tentukan sendiri bertujuan kemana Shiratal Mustaqim itu!