Tuhan Maha Adil ? (Wajib Di Baca dan Direnungkan)

Perhatikan Pertanyaan-pertanyaan  dibawah ini, pertanyaan yang sajak kecil sudah ada dalam  pikiran penulis. 

Butuh waktu lama untuk menemukan jawaban yang masuk akal dari pertanyaan  dibawah  ini  bahkan  sempat  pula masuk ke  pesantren  dan  menanyai beberapa ulama tapi  tidak juga mendapati jawaban yang masuk akal dan memuaskan. 

Beberapa pertanyaan yang dahulu sering muncul dalam diri penulis adalah :

  • Menurut pemahaman sebagian ulama Islam, surga dan neraka adalah kekekalan abadi  setelah  kita  mati.  Yang  bertempat  di neraka  adalah  mereka  yang  berbuat kejahatan dan yang menempati surga adalah mereka yang berbuat kebajikan. Nah apakah  masuk  akal  jika  kehidupan  di  bumi  yang  sangat singkat  ini  merupakan persiapan yang cukup untuk memasuki alam siksa abadi atau alam kesenangan abadi? 

Jika kehidupan yang singkat ini demikian menentukan untuk menuju alam abadi mengapa   ada manusia yang hidup hanya beberapa minggu setelah dilahirkan dan mengapa  manusia  yang  lain  hidup  sampai hampir  100  tahun?  Disini  kita  akan mendapati orang yang berumur panjang akan memiliki resiko mendapat alam siksa abadi di banding manusia yang lahir sebentar lalu meninggal. Lah enak sekali menjadi bayi kemudian meninggal dunia dan masuk alam surga abadi. Padahal bayi tersebut tidak mengalami kesulitan/godaan hidup layaknya orang dewasa karena tidak sempat mengembangkan  dirinya.  Dimana  keadilan  Tuhan  jika  ia  membiarkan  seseorang hidup hanya beberapa saat kemudian memasukan ke alam kebahagiaan abadi tapi dilain   pihak   Tuhan   membiarkan   seseorang   hidup   cukup   lama   kemudian mencampakannya ke alam kesengsaraan abadi? Silahkan anda renungkan dengan hati yang jernih.

  • Berdasarkan pendapat kebanyakan ulama, orang yang beragama Islam masuk surga dan yang beragama non Islam masuk neraka selamanya. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana dengan nasib orang yang lahir dalam keluarga non muslim? Atau bagaimana mereka yang hidup di suatu tempat dimana agama Islam tidak dikenal sama sekali? Sungguh beruntung manusia yang lahir dalam keluarga muslim dan sungguh celaka mereka yang lahir dalam keluarga non muslim atau hidup di daerah yang tidak mengenal agama Islam.
Pernahkan kita memikirkan bagaimana jika kita terlahir dalam keluarga non muslim? Saya yakin tidak banyak dari kita  yang memikirkan hal ini atau mungkin lebih tepatnya tidak peduli!. “Ah saya kan sudah beragama Islam sejak lahir, masa bodoh dengan agama orang lain. Biarkan saja mereka masuk neraka, toh itu sudah takdir Tuhan, yang penting kan saya masuk surga”. Weleh..weleh.. kalau kita sudah tidak memiliki empati terhadap penderitaan orang lain berarti diri kita masih terkurung oleh ego, suatu penyakit hati yang harusnya dilenyapkan!


Lalu dimana keadilan Tuhan jika surga/neraka didapat berdasarkan kepemelukan agama tertentu? Tentulah tidak mudah menentukan keyakinan akan kebenaran suatu agama. Bagi yang lahir muslim tentu akan meyakini Islam adalah agama yang paling benar dan yang lain sesat. Begitu juga jika lahir dalam keluarga non muslim tentu akan meyakini agamanya yang paling benar dan lainnya sesat. Tidak mengherankan banyak orang yang pusing memilih agama dan akhirnya netral dan tidak memilih agama apapun namun tetap percaya keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.

  • Pertanyaan lainnya  : mengapa di dunia ini ada orang yang kaya dan yang lain miskin  tertindas? Mengapa  si  A  dilahirkan  ditengah  keluarga  yang  makmur sedangkan si B lahir dalam keluarga yang miskin? Mengapa bukan si B yang lahir dalam keluarga kaya raya sedangkan si A lahir dalam keluarga miskin?  Mengapa si C lahir dalam keadaan cantik dan si D buruk rupa? Mengapa si E lahir dalam keadaan jenius sedangkan si F bodoh atau bahkan terbelakang mental?     Mengapa si G lahir dalam keadaan cacat   sedangkan si H lahir dalam kondisi sehat tanpa kurang suatu apapun? Mengapa si J seringkali berusaha dengan keras namun gagal terus menerus sedangkan si K tanpa bersusah payah malah dapat mencapai keberhasilan ?

  • Lalu apa jawaban kita terhadap kelahiran manusia-manusia istimewa atau anak indigo berikut ini :
    • Mozart, musisi jenius yang mampu menggubah lagu dalam usia 6 tahun.
    • Beethoven musisi jenius yang memukai publik dalam usia 7 tahun.
    • Bentham, dalam usia  4 tahun mampu membaca dan menulis dalam bahasa Latin dan Yunani.
    • Voltaire, mampu menceritakan dongeng Fontaine ketika berusia 3 tahun.
    • Christian   Heinecken   yang   mampu   berbicara   beberapa   jam   setelah kelahirannya, menguraikan  isi  Al  Kitab  pada  umur  setahun,  menjawab  pertanyaan geografi dalam usia dua tahun, bicara dalam bahasa perancis dan latin dalam usia ke tiga dan menjadi pelajar filsafat dalam usia 4 tahun. 
    • William James Sidis, mampu membaca, menulis dan bicara dalam bahasa  Perancis, Rusia, Inggris dan Jerman dalam usia 2 tahun.
    • Ferruco Burco, bocah Italia yang mampu memimpin orkestra simfoni dalam usia empat tahun.
    • Giancella  de  Marco,  gadis  Italia  yang  memimpin  London  Philharmonic Orchestra pada usia delapan tahun.
    • Thomas  Macaulay,  mampu  berbicara  layaknya  orang  dewasa  saat  masih  berusia setengah tahun. Menjadi penulis sejarah pada usia tujuh tahun.
    • Menarik sekali kehidupan anak-anak indigo tersebut, dan hampir ditiap negara selalu lahir bocah-bocah jenius dan uniknya sebagian besar mereka berasal dari orang tua yang sama sekali tidak memiliki keahlian apapun. Nah, ada rahasia apa dibalik semua ini? Mengapa nuansa kehidupan diatas terjadi didunia? Kalau kita pahami secara awam jelaslah bahwa terjadi diskriminasi atau ketidakadilan diantara sesama manusia. Di satu sisi, Tuhan nampaknya menciptakan manusia-manusia yang beruntung namun di lain sisi Tuhan menciptakan manusia yang kurang beruntung.

Nah, apa jawaban kita terhadap berbagai pertanyaan diatas?  “ah… itu kan sudah takdir Tuhan… sampeyan tidak boleh menggugat Tuhan dong….bukankah takdir baik dan buruk  sudah  ditentukan sendiri  oleh  Tuhan  dan  harus  diterima  manusia  dengan pasrah”.

Ya..ya..ya inilah jawaban kebanyakan orang terhadap pertanyaan diatas yaitu sudah menjadi takdir atau kehendak Tuhan. Segala sesuatu yang menimpa manusia adalah takdir dari Tuhan yang harus diterima manusia. Sejujurnya saya katakan, jawaban ini sangat tidak memuaskan dan tidak masuk akal karena seakan-akan Tuhan itu pilih kasih dengan menguntungkan sebagian manusia dan menzalimi sebagian manusia lain. Padahal di Al Quran telah dijelaskan bahwa Tuhan sama sekali tidak menzalimi manusia. Simak ayat berikut :

Yang demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali  tidak menganiaya hamba-Nya. (Q.S Al Anfaal (8) : 35)

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (Q.S Yunus (10) : 44) 

Barang  siapa  yang  kafir  maka  dia  sendirilah  yang  menanggung    (akibat) kekafirannya  itu  dan  barangsiapa  yang  beramal  saleh  maka  dia  telah mempersiapkan diri buah dari amal salehnya itu. (Q.S Ar Ruum (30) : 44)

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar  (kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat menghindar (dari azab Allah) di muka bumi. (Q.S Asy Syuura (42) : 30-31)

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah itu adalah untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan kejahatan maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.  (Q.S Al Jaatsyiah (45) : 15) 

Lima  ayat  diatas  dengan  sangat  jelas  menerangkan  bahwa  segala  sesuatu  yang menimpa manusia adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri   sehingga jawaban “Takdir (kehendak) Tuhan” adalah jawaban yang tidak tepat. Jawaban ini jelas telah mengkambing-hitamkan Tuhan dengan mengatakan bahwa itu adalah perbuatan Tuhan, padahal Tuhan sama sekali tidak menzalimi atau merugikan manusia.
Tuhan  hanyalah  menjalankan  roda  hukum  alam  yang  telah  ditetapkan-Nya. Sedangkan manusia itu sendiri adalah bagian dari hukum alam yang telah ditetapkan Tuhan. Karena hukum alam berjalan di bawah kehendak Tuhan, maka seakan-akan segala sesuatu yang menimpa manusia adalah atas kehendak Tuhan semata.

Sayang sekali, dalam berbagai terjemahan Quran, kata man yasya’ diterjemahkan ke dalam  bahasa  Indonesia “Allah  menghendaki”.  Tentu  saja  terjemahan  demikian melanggar pernyataan bahwa Allah tidak merugikan manusia sedikit pun. Terjemahan  yang  seharusnya  lebih  tepat  adalah “Allah  menghendaki  kepada  manusia  yang berkehendak kepada-Nya”. Jika manusia ingin sesat maka akan dibiarkannya sesat dan jika menginginkan petunjuk-Nya maka akan diberinya petunjuk. Dengan kata lain, Allah memberikan petunjuk kepada manusia yang menghendaki petunjuk-Nya. Hal ini dikuatkan pula oleh sebuah Hadist :
Dari Abu Zar. r.a, Nabi bersabda : Allah berkata kepadaku, Wahai hamba-Ku, Aku (Allah) haramkan atas diriku berbuat aniaya, begitu pula antara sesamamu. Wahai hamba-Ku, semua kamu sesat kecuali orang yang dapat petunjuk dari-Ku, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku beri petunjuk. (H.R Muslim) 

Dari berbagai fakta dan penjelasan yang telah disampaikan diatas, adakah jawaban yang masuk akal? Silakan direnungkan dulu. 

3 Amal, Alam Kubur, Kiamat dan Yaumil Mahsyar

ILMU NISAI (1) - REINKARNASI

(RE=Kembali, IN=Kedalam, KAR=Bentuk, NASI=Manusia)

Kita sering mendengar ini :
Jika seorang Bani Adam meninggal dunia maka terputus-lah semua amal-amalnya kecuali :
Amal Jariah, Ilmu yang berguna, Anak yang sholeh

Apa kita sudah mengerti maksud-nya?

Sesungguhnya ke-tiga perkara diatas adalah satu jua, bukan hal yang berbeda-beda, karena hal ini meng-isyarat-kan kita agar menguasai ilmu NISA’I, maksud dari 3 perkara diatas adalah :

  1. Amal jariah berasal dari kata AMAL yang berarti perbuatan  sedangkan JARIAH mempunyai arti berjalan, jadi AMAL JARIAH mempunyai arti perbuatan yang berjalan, maksudnya : perbuatan yang berjalan dari seorang bapak adalah ANAK-nya.
  2. Ilmu yang berguna adalah ilmu yang telah diberikan kepada seorang anak untuk dapat menghidupkan ” BAPAK-nya”  kembali.
  3. Anak yang Sholeh adalah anak yang bisa menghubungkan (Sholeh) lahir dan batin, dunia wal akhirat yaitu anak yang bisa memanggil  “Bapak-nya”  hadir kedunia menjadi Manusia.

Mengapa harus menjadi Manusia?

Kita ketahui bersama bahwa didalam semua kitab-kitab suci yang ada di-muka bumi telah mengatakan bahwa tuhan ada dalam diri manusia, diantara-nya :

Surah Al-Qaf : 16, Allah s.w.t  berfirman :
“Wa nahnu aqrabu ilaihi min hablil wariid“
Artinya : Dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya

Surat Al-Anfal : 205 Allah s.w.t berfirman :
“Wadzkur Rabbaka fii nafsika tadlarru ‘an wa khiifatan wa duunal jahri minal qauli bil guduwwi wal aashaali, wa la takun minal gaafiliin”
Artinya : Dan ingatlah kepada Tuhanmu dalam dirimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, tanpa mengeraskan suara di waktu pagi & petang. Dan janganlah engkau jadi golongan orang-orang yang lalai.

Hadits Nabi yang berbunyi :
“Man ‘arafa nafsahu, fa qad ‘arafa rabbahu”.
Artinya : Barangsiapa mengenal dirinya, dia mengenal Tuhannya.

Bahkan di kitab suci yang lain-pun telah dikatakan bahwa :
“Manusia adalah rumah tuhan yang sejati”

Ada juga yang mengatakan :
“Manusia adalah rumah tuhan yang sempurna”

Dari uraian-uraian diatas jelas mengatakan bahwa Tuhan ada dalam diri manusia, kalau tidak dalam diri manusia dimana lagi engkau akan mencari Tuhanmu?

Sesungguhnya kita tidak akan bisa menemukan Tuhan di alam ini, Tuhan hanya bisa kita temui dalam diri kita,.biarkan orang yang tidak mengetahui mencari Tuhan dimana-mana. Sampai kapan-pun mereka tidak akan menemukan Tuhan.

Sedangkan kita yang sudah mengetahui melalui Al-Quran bahwa Tuhan sangat dekat kepada kita, lebih dekat dari urat leher, jangan-lah kita mencari Tuhan diluar diri, alangkah ruginya bila kita tidak meng-iman-i apa yang telah tersebut dalam Al-Quran.

ILMU NISAI (2) (Ilmu yang Wajib)

Sesungguhnya segala kewajiban dalam ber-agama berlaku hanya untuk mereka yang telah ber-Rumah Tangga, belum sempurna agama seseorang kalau dia belum ber-Rumah Tangga karena Hakekat-nya agama itu dalam pandangan kami dan pengetahuan ilmu Nisai adalah Rumah tangga.

Boleh saja kita menuntut ilmu apa-pun didunia ini, tapi sesungguhnya semua ilmu-ilmu itu bukanlah menjadi suatu kewajiban bagi kita (karena kalau wajib, jika tidak dikerjakan mendapat “dosa”).

Kita harus bisa mencari ilmu yang Wajib (Hak) yaitu ilmu yang sudah diamanah-kan untuk kita mengamalkan-nya sebagai seorang Khalifah di muka bumi.

Tugas Khalifah adalah mewakili Allah s.w.t untuk meramaikan dunia ini dengan keturunan-keturunan yang sholeh dan sholeha agar bisa menjaga kelangsungan kehidupan diatas muka bumi ini.

Rasullullah s.a.w bersabda :
Qalabul ilmu faridatun alaa Muminin wal Mukminatin.
Artinya : Sesungguhnya di-WAJIB-kan menuntut Ilmu bagi seorang MUSLIMIN dan seorang MUSLIMATIN.

MUSLIMIN = seorang lelaki Islam.
MUSLIMATIN = seorang perempuan Islam.

Jadi.., ilmu yang di wajibkan untuk seorang lelaki muslim dengan seorang perempuan muslim adalah ilmu RUMAH TANGGA (Ilmu Nisa’i).

Didalam ilmu ini ter-cakup semua permasalah tentang Manusia dan Tuhannya, ilmu ini disebut juga, Ilmu Sakratul-Maut (khusnul Khatimah), Ilmu jalan Kembali (taraki), Ilmu Reinkarnasi, Ilmu Tauhid, singkat kata inilah yang sebenar-benarnya disebut ilmu yang WAJIB bagi setiap manusia.

ILMU NISAI (3) - (Alam Kubur, Kiamat dan Yaumil Mahsyar)

Suatu keyakinan harus-lah bisa kita rasakan dalam diri, jaganlah meyakini hanya berdasar-kan ceritera (ilmal yakin) melainkan itu adalah pengalaman kita pribadi (ainal yakin).

Kita sering mendengar orang mengatakan tentang  :  Alam Kubur,  Kiamat  dan  Yaumil Mahsyar.

Dimana alam kubur? 
Apa itu Kiamat? 
Dimana pula Yaumil Mahsyar itu?

  • Alam kubur bukan-lah alam yang ada dibawah tanah, seperti kita lihat orang telah menggali tanah untuk mengubur mayat, sesungguhnya manusia itu tidak di-tanam-kan ditanah melainkan di-kembalikan ke-asal-nya.
  • Kiamat bukan-lah hancur-nya bumi ini karena saling bertabrakan dengan planet lain atau  karena air dari laut tumpah ke darat, atau gunung – gunung yang meletus yang semua-nya menggambar-kan suatu huru-hara besar dimuka bumi.
  • Yaumil Mahsyar bukan-lah hari setelah timbulnya kehancuran di muka bumi ini lalu kita dibangkitkan dalam keadaan telanjang dengan matahari yang dekat diatas kepala, berdiri menunggu untuk di panggil.

Sungguh kita harus bisa merasakan semua ceritera ini, karena dalam Al-Quran semua ceritera tadi hanya sebagai perlambangan, kalau-lah tingkat keyakinan kita sebatas ceritera (ilmal yakin), bagaimana nanti kalau ada orang yang datang ke kita kemudian meminta Al-Quran untuk menghidupkan orang yang mati karena dia telah membaca ayat yang berbunnyi :

walau anna Qur‘anan suyyirat bihil jibaalu aw quthi’at bihil ardhi aw kullima bihil mauta balillahil amru jamii’a

Artinya : Dan dengan Al-quran dapat di perjalankan gunung-gunung, di potong-potong bumi ini kemudian dapat membangkitkan orang mati…

Al-Quran yang manakah yang bisa membangkitkan orang mati? Apa  Al-Quran yang merupakan benda mati (buku) atau Al-Quran yang Hidup (Manusia)?

Kembali pada pertanyaan diatas, maka menurut pengajian Hakekat dan Makrifatullah kaitan dengan Nisai maka :

  • Yaumil Mahsyar adalah suatu keadaan dimana saat itu pada tempat yang menjadi rahasia antara kita dengan pasangan kita untuk membangkitkan orang-orang yang sudah “mati” dengan izin Allah s.w.t.
  • Alam Kubur adalah suatu keadaan yang terjadi ditempat yang rahasia yaitu bagaimana menempatkan sesuatu pada tempatnya yang benar, inilah proses bercocok tanam, maka jadikan-lah tanah itu tanah surga agar tongkat dan kayu jadi tanaman.
  • Kiamat asal kata Qiam (bangkit), hidup-lah kembali dengan izin Allah s.w.t.

Ngaji Rasa

” Ngaji Rasa Ngaji Diri Ngaji Qur’an “

Itulah nasehat kakek buyut (Uyut) kepada saya. Dalam mengaji kehidupan harus melalui beberapa tahapan agar mengerti apa itu mengaji yang sebenar-benarnya mengaji sehingga kita mengetahui siapa dan dimana posisi kita serta seberapa besar porsi yang tepat untuk diri sendiri sehingga tidak akan mempunyai keinginan untuk mengambil hak orang lain.

Dalam tulisan ini saya hanya akan mengupas tentang ngaji rasa. Apa itu ngaji rasa ? Rasa apa yang dikaji ? Bagaimana mengujinya ? Maka kita akan tahu rasa yang hiji atau rasa yang sejati. Oleh Uyut diterangkan dengan sederhana sekali.

” Kapan rasanya kamu mempunya mata ? “tanya Uyut.
” Waktu lihat wanita cantik “
” Bukan ” jawab Uyut
” Waktu lihat gambar atau film porno “
” Salah sekali hehehehe ” lantang teriakan Uyut.
” Terus kapang dong Yut ? “
” Jawabannya mudah yaitu waktu kamu sakit mata. “
” Kok waktu sakit mata “
” Ya, waktu sakit mata khan baru kamu merasakan punya mata. “

Benar juga kata Uyut tersebut. Waktu kita mengalami saki mata barulah kita menyadari rasanya punya mata. Pada waktu sakit mata, kita merasakan betapa sengsaranya hidup dengan mata yang sakit. Susah tidurlah, gelisahlah, letih menghapus air mata yang terus keluar sampai terasa hidup ini sengsara dibuatnya karena kita tidak bisa bergerak bebas kemana-mana.

Ini baru sakit mata bagaimana kalau buta atau tidak mempunyai mata maka akan lebih sengsara lagi. Karena dalam melakukan aktifitas, kita sangat bergantung kepada sesuatu baik berupa alat atau orang yang mau menuntut dan mendampingi kita beraktifitas sehari-hari.

Hal ini tidak hanya berlaku kepada mata tetapi seluruh tubuh manusia. Satu saja anggota tubuh kita sakit maka seluruh tubuh kita akan merasakan sakit. Jadi satu kesatuan utuh. Itulah yang dinamakan satu untuk semua, semua untuk satu.

Bagaimana melatih rasa ? Kenalilah satu persatu apa yang dimiliki. Tidak usah jauh-jauh mencarinya. Mulailah dari tubuh kita sendiri mulai dari kepala sampai ujung kaki. Kalau sudah merasakan apa yang dimiliki maka kita akan mengagumi Sang Pencipta yang menciptakan manusia dengan sempurnanya. Selain itu dengan ngaji rasa maka kita dapat mengerti apa itu yang namanya empati dan simpati. Empati rasa terhadap apa yang dialami orang lain sehingga menimbulkan simpati rasa terhadap orang tersebut. Bagaimana ya kalau saya mengalami masalah yang dihadapi oleh orang tersebut. Jadi kita tidak akan mudah menuding, menyinggung dan menjustifikasi sesuatu sebelum kita paham benar tentang sesuatu tersebut.

Setelah ngaji rasa barulah kita dapat mengerti mengapa Yang Maha Kuasa memberikan rasa kepada manusia. Dan mengapa manusia diciptakan ? Dapat dijawab dengan ngaji berikutnya yaitu Ngaji Diri.

Cicak, Tai, dan Rezeki

Sebelumnya, berapa kali Anda menyaksikan film yang mengangkat tema tentang hidup maupun mati? Rasanya hampir seluruh film mengandung dua unsur tersebut, meskipun tidak secara gamblang mengangkat tema itu. Ya, hidup dan mati, sering diafiliasikan dengan pertanyaan mengapa dan untuk apa. Jawabannya mungkin beragam, tergantung dari seberapa sadar manusia yang menerimanya. Bagi seorang guru, jawabannya bisa jadi mendidik sebanyak mungkin manusia muda untuk dipersiapkan sebagai generasi penerus yang berkualitas dan berdaya saing. Akan tetapi, bagi seorang penjudi, hidup adalah untuk mendulang banyak pemasukan dari poin-poin judi yang ia pasang. Manfaatnya? Tentu ada, lihat dulu dari skalanya.

Secara pribadi penjudi memberikan manfaat bagi pelaku judi lainnya. Jika tersentralisir, tentu warung-warung rokok pinggir arena judi akan kecipratan rejeki. Belum lagi dukun tempat penjudi meminta saran, tentunya akan turut mengipaskan lembaran rupiah hasil praktik konsultasinya.

Sebagian manusia sering berpikir hidup ini sangat tai. Bagaimana ketidakadilan menurut mereka sudah menjadi bagian hidup keseharian. Si kaya, si miskin, si tai, memiliki pandangan tersendiri bagi konsep ketidakadilan. Bagaimana jika dialihkan? Seberapa banyak dirubah menjadi seberapa besar manfaat hidup. Ini sering luput dari kita sebagai mahluk yang penuh nafsu. Keadilan menurut hemat Saya berlaku menjadi sistem sirkuler. Tai, yang menurut banyak orang tidak estetis, buruk, dan bau sangat dihindari oleh manusia. Padahal, mereka juga memproduksi tai setiap hari.

Tai, bisa juga dikatakan rejeki. Coba lihat perusahaan yang bergerak di bidang jasa sedot wc. Berapa banyak karyawan yang bergantung rejeki pada tai. Sungguh, inilah keadilan rejeki yang sudah dijanjikan. Anda tahu cicak? Binatang reptil yang termasuk ke dalam suku Gekkonidae ini banyak juga dihindari oleh manusia. Namun apa manfaatnya sudah jelas, makanan utama mereka adalah nyamuk, dan nyamuk itu musuh besar manusia saat tertidur. Jika manusia terganggu tidurnya oleh nyamuk, niscaya esok hari tidak akan maksimal dalam beraktivitas.

Cecak atau cicak ini juga mengalami konsep keadilan rejeki. Bagaimana tidak, cicak yang tidak bisa terbang justru makanan utamanya adalah nyamuk yang bisa terbang. Cicak tidak mungkin mengeluh dan meminta mereka bisa terbang bebas untuk mengejar mangsanya, nyamuk. Tapi, dengan segala sistem yang terbentuk secara natural oleh Sang Penguasa, semuanya bisa berjalan layaknya mesin, teratur dan seimbang.

Itulah keajaiban rejeki. Hal yang paling sering disebutkan di seminar-seminar motivasi. Yang nyatanya, manusia sudah dijatahi masing-masing tanpa harus rebutan rekor rejeki. Bagi yang memiliki rejeki lebih sedikit tentu bukan diharuskan menghasilkan keluhan-keluhan baru. Namun, memperbaiki kualitas diri sebagai bentuk persiapan menerima rejeki baru dalam jumlah yang lebih besar, itu yang paling bijak (saat ini…).

Law of Attraction tidak mempan?

Berhenti menganggap semesta sebagai agen pengantar barang di seberang sana. Sebaliknya, perhatikan hukum semesta dan tunduklah pada aturannya.
Like attract like, Kemiripan menarik kemiripan. Itulah bunyi teori Law of Attraction, atau hukum tarik-menarik. Satu pikiran akan menarik pikiran yang kurang-lebih sejenis atau bersangkutan yang menjadikan satu pikiran tadi bertumbuh menjadi lebih kompleks. Kita anggap saja satu pikiran awal tadi bagai sebuah benih pohon anggrek. Benih itu bukanlah pohon anggrek. Benih itu hanyalah benih yang merupakan sebuah “potensi pohon anggrek”. Dan jika ditanam, benih itu akan mulai tumbuh sesuai dengan sifat potensialnya—Ia akan menjadi pohon anggrek. Bukan pohon apel atau mangga.

Begitupula terjadi hukum yang sama terhadap pikiran. Dalam hitungan detik, setiap timbul suatu pikiran, maka pikiran itu akan menarik pikiran yang kurang-lebih serupa atau bersangkutan yang menghasilkan sebuah pemikiran yang lebih kompleks. Inilah yang sering terjadi dalam proses pencarian ide (menulis lagu, menggambar, menulis cerita, menyusun rencana bisnis).

Jadi, ada dasar-dasar yang jelas dan rasional dibalik teori Law of Attraction. Banyak penelitian dan eksperimen-eksperimen nyata yang telah dilakukan. Secara empiris (secara pengalaman), anda bisa membaca kisah orang-orang yang mengalami euforia terkait dengan menjalankan gaya hidup Law of attraction ini. Bahkan anda bisa mengalaminya sendiri (walau sebetulnya anda telah mengalaminya, dan masih akan terus mengalaminya dalam ketidak sadaran sampai anda memahaminya).

Bagi yang hanya mengenal teori ini dari buku-buku ringan dan praktis seperti the secret, mungkin awalnya ada perasaan euforia yang tak tertahankan ketika mengetahui “keajaiban” hukum ini, ketika mengetahui betapa kita bisa “mengubah hidup”. Dalam hitungan hari, banyak keajaiban-keajaiban kecil terjadi yang membenarkan teori ini, dan mereka sangat senang. Tetapi jauh di dalam hati mereka, sadar ataupun tidak, ada perasaan, “Oh ini terlalu bagus. Pastilah saya telah berpikir berlebihan. Ini mungkin hanya kebetulan saja.” Dan yap, segalanya berjalan datar lagi. Law of Attraction tidak mempan.

Di satu titik, kita mungkin ingin mencobanya lagi. Tetapi kali ini keragu-raguan membayangi tindakan kita. Keyakinan kuat yang kita miliki di awal-awal tidak bisa dipancarkan lagi. Dan semakin dipaksakan untuk yakin, justru semakin sulit. Akhirnya, kita memutar badan dan meninggalkannya. Law of Attraction tidak mempan.

Kita mulai skeptis terhadap teori ini. Banyak ketidak efektifan yang kita temui melalui pengalam kita. Segera saja, kita mulai terjun dalam “pesimisme yang meyakinkan”. Tetapi sayangnya ketika pikiran kita terus berubah-ubah tanpa bisa dihentikan, kita mulai lupa bahwa “Like attract Like”. Kemiripan menarik kemiripan. Jadi, apapun jenisnya, hasilnya adalah cermin dari pikiran yang menumpuk menjadi “Sikap Mental” yang mendominasi.

Saya ingin mengajak anda sedikit bereksperimen. Dan apa yang saya sampaikan ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan anda : Cobalah anda buka tulisan-tulisan mengenai para pemikir pesimistik. Bacalah tulisan-tulisan mereka. Saya berani bertaruh anda akan mendapati sebuah gagasan masuk akal tentang betapa buruknya dunia. Kemudian, sebelum pemikiran itu tertanam ke pikiran bawah sadar dan menjadi sikap mental anda, bukalah tulisan-tulisan para pemikir optimistik. Bacalah dengan seluruh perhatian gagasan-gagasan mereka. Dan, Ya.. Anda akan menemukan kebenaran-kebenaran membahagiakan tentang betapa baiknya dunia kita ini. Anda lihat?

Selalu ada jalur untuk tumbuh bagi pikiran apapun. Dan pikiran hanyalah sebatas pikiran sampai dia menarik pikiran yang kurang-lebih sejenis atau bersangkutan, kemudian terus menarik pikiran lain yang berhubungan, tumbuh menjadi gagasan kompleks, tertanam ke pikiran bawah sadar, mempengaruhi keadaan emosi, menjadi sikap mental, dan jika sudah begini, tinggal menunggu waktu untuk melihat pikiran itu dalam peristiwa hidup.

Begitulah hukum tarik menarik bekerja. Kuncinya adalah Sikap Mental. Jika sikap mental kita negatif, maka keyakinan yang baik akan sulit muncul yang membuat perwujudan keinginan ditunda. Dan perlu diingat, ini bukanlah menandakan bahwa hukum tarik-menarik tidak mempan. Hukum tarik-menarik selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan emosi yang mendominasi dengan diiringi sikap mental yang dipelihara. Selalu begitu. Sama pastinya dengan satu ditambah satu sama dengan dua.

Oleh karena itu, ubahlah anggapan bahwa semesta adalah seorang agen pengantar barang di seberang sana. Sebagai permulaan, lupakan keinginan menguji teori ini dengan mencoba menarik benda materi. Mulailah memikirkan pikiran bahagia, damai, dan tanpa beban. Maka pikiran-pikiran tadi akan menjalankan proses Like attract Like. Biarkan itu terjadi. Biarkan benih-benih itu tumbuh. Jangan pernah menekannya dengan pikiran-pikiran yang berlawanan. Sebaliknya pusatkan perhatian terus menerus pada kebenaran tentang Semesta yang Ramah, dunia yang indah dan sebagainya. Ini amat sulit pada awalnya. Dan biasanya, inilah yang membuat banyak orang enggan.

Bayangkan, ketika begitu banyak ketidakharmonisan di depan mata kita, kita justru disuruh memikirkan keharmonisan. Itu hampir sama dengan mengatakan bahwa api itu dingin. Jadi, masuk di akal jika banyak orang yang berhenti pada tahap ini.

Tetapi ingatlah, Like attract Like. Teruslah, dengan rileks, berpikir positif. Alihkan pikiran dari tekanan-tekanan. Lakukan ini sampai menjadi kebiasaan. Arti Kebiasaan di sini adalah kondisi di mana pikiran positif terpancar dengan sendirinya tanpa perlu usaha. Ketika kita sudah sampai pada kondisi berpikir positif dengan otomatis dan sering, itu artinya pikiran bawah sadar kita telah menerimanya dan mengolahnya menjadi sikap mental kita. Kemudian bukalah mata anda lebar-lebar. Di fase ini, dalam sikap mental yang baru, anda mulai lupa bagaimana rasanya memiliki sikap mental negatif. Dan itu artinya anda sudah menjadi orang baru yang siap menyelaraskan diri dengan Law of Attraction. Anda akan lebih melek dengan tidak menganggap Law of Attraction sebagai alat yang bisa digunakan. Tetapi sebuah aliran kehidupan dan kita bisa menyelaraskan diri dengannya. Bukanlah semesta yang menuruti kita untuk memberi apa yang kita inginkan. Tetapi kitalah yang harus tunduk pada hukum semesta, untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.

Filsafat Pohon Pisang

Diterangkan dalam surat Al-Waqi’ah,
WA-ASH-HAABUL YAMIINI MAA ASH-HAABUL YAMIIN (Al-Waqi’ah / 27).

Artinya :  Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. 
FII SHIDRIN MAKHDLUUD  (Al-Waqi’ah / 28).
Artinya :  Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri.

WA THOLHIN MANDLUUD ( Al-Waqi’ah / 29 ).
Artinya :  Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya).

Jadi di dalam syurga itu ada pohon pisangnya, nanti jangan-jangan sampeyan bayang-bayangkan, di syurga itu ada pisang raja ataukah pisang sobo ? Sobo kepok apakah sobo gajeh ?

Dalam surat Al-Waqi’ah, disinggung-singgung, bahwa Ashabul Yamin di syurga itu mendapat “Tholhin Mandluud”.
Tholhin : Pohon pisang.
Mandluud :  Yang bersusun buahnya.

Ini apa rahasianya ?

Kita semuanya, sudah sering makan buah pisang, apakah semua orang yang makan buah pisang itu mendalami rahasia pisang ? Sehingga nanti bisa masuk golongan Ashabul yamin ?
Jawabnya : Belum tentu.
Maka disini, perlu kami sampaikan filsafatnya “Pohon Pisang”.


* FILSAFAT YANG PERTAMA
Pohon pisang itu tersusun dari serat-serat yang halus dan lemah yang mudah putus, akan tetapi karena bersatunya serat-serat tersebut, sehingga menjadi pohon yang tegak dan kuat.
Jadi meskipun kecil-kecil, meskipun halus, akan tetapi kalau satu-kesatuan, maka menjadi pohon yang kuat.

Apakah isyarah ini ?
Rosululloh S.A.W. bersabda :
QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOOHU ‘ALAIHI WASALLAMA : ALJAMAA’ATU ROHMATUN WAL FURQOTU ‘ADZAABUN. ( ‘An Nu’man bin Basyir ) Rowahu Abdulloh ( Jami’ush shoghir / Jilid I / Bab huruf Jim  / Hal : 248 ).

Artinya    :Bersabda Rosululloh s.a.w : Bersatu itu menjadi rohmat, dan pecah-belah itu menjadi siksa.

Jadi bagaimanapun kecilnya, kalau bersatu, maka akan menjadi kuat. Coba perhatikanlah !
Lautan yang begitu luasnya, itu hanyalah kumpulannya setetes demi setetes air.
Gurun sahara yang begitu luasnya sejauh pandangan mata, itu hanya kumpulannya butir- demi butiran pasir.

Dunia yang begini megahnya, ini hanya kumpulannya atom-atom.
Oleh sebab itu, jangan suka meremehkan barang-barang yang kecil.

Sepeda motor seumpamanya tidak ada lampunya, yang harganya mahal itu, maka masih bisa jalan. Akan tetapi bila tidak ada pentilnya yang kecil itu, maka tentulah tidak akan bisa jalan.

Negara tidak ribut disebabkan gajah dan harimau yang besar itu. Akan tetapi gara-gara nyamuk malaria yang kecil itu, maka negara menjadi ribut.

Jadi pohon pisang itu adalah satu pohon yang terdiri dari serat-serat yang halus dan lemah, akan tetapi oleh sebab menjadi satu-kesatuan, maka menjadi pohon yang kuat. Dan menurut Hadits Nabi, satu-kesatuan atau bersatu itu membawa rohmat.

* FILSAFAT YANG KEDUA
Pohon pisang itu adalah satu pohon yang bermanfaat segala-galanya.
Daunnya lebar kita tidak ikut melebarkan, yang bermanfaat untuk dibuat bungkus.
Buahnya tersusun rapi, kita tidak ikut mengaturnya. Rasa buahnya manis, kita tidak perlu memberi gula, kita tinggal makan saja. Yang buah tersebut banyak bermanfaat untuk bermacam-macam makanan, dikolok, dikripik dan lain-lainnya.

Ontongnya bermanfaat, untuk dibuat sayur.
Gedeboknya bermanfaat untuk dibuat bungkus tembakau.
Hatinya / aresnya bermanfaat buat sumbu atau soda.
Gedebok busuknya bermanfaat untuk mengobati bisul.
Jadi semuanya serba manfaat, dan kalau kita sebagai manusia, yang martabatnya lebih tinggi dari pada pisang, akan tetapi kalau hidup kita tidak bermanfaat, maka alangkah rendahnya diri kita.

Rosululloh S.A.W. bersabda :
QOOLA ROSUULULLOOHI SHOLLALLOOHU ‘ALAIHI WASALLAMA : KHOIRUN NAASI ANFA’UHUM LINNAAS ( An Jabir ) – ( Al-Hadits ).
Artinya    : Bersabda Rosululloh s.a.w : Sebaik-baik manusia, mereka yang paling bermanfaat bagi sesama manusia.

Hadits diatas menerangkan : Manusia yang paling baik, adalah manusia yang paling bermanfaat kepada sesama manusia, artinya :
Bermanfaat ucapannya.
Bermanfaat fikirannya.
Bermanfaat perasaannya.
Bermanfaat halnya.
Bermanfaat harta bendanya.

Semuanya itu bermanfaat kepada sesama manusia. Dirinya manusia, ibunya manusia, bapaknya manusia, saudaranya manusia, gurunya manusia, muridnya manusia, tetangganya manusia. Wal-hasil bermanfaat bagi sesama manusia.

Oleh sebab itu, kalau kita berusaha supaya ucapan kita bermanfaat, fikiran kita bermanfaat, itu artinya kita mengikuti ilmu pisang itu tadi. Dan Fa- Insya Alloh, kalau kita mau berusaha kearah situ, maka nanti kita bisa mendapatkan Tholhin Mandluud di dalam syurga.

Akan tetapi kalau kita tidak menjadi manusia yang bermanfaat, maka akan menjadi manusia yang membawa mudlorot atau membawa bahaya bagi diri kita dan orang lain. Lesannya membawa bahaya, halnya membawa bahaya, fikirannya membawa bahaya.

Jadi pohon pisang adalah satu pohon yang segala-galanya bermanfaat bagi manusia.

* FILSAFAT YANG KETIGA
Pohon pisang itu sebelum berbuah, jika dipotong, maka akan tumbuh lagi. Dipotong lagi, maka akan trubus / tumbuh lagi, akan tetapi kalau sudah berbuah, kemudian dipotong, maka barulah ia tidak tumbuh lagi atau akan mati. Jadi pohon pisang itu mau mati, apabila sudah berbuah kebaikan.
Lalu kita sebagai manusia yang martabatnya lebih tinggi dari pada pohon pisang, itu bagaimana ? Apakah kalah dengan pohon pisang ?

Ya kita pikir-pikir.  Pohon pisang itu juga tidak kenal musim. Musim apa saja, ia tetap berbuah. Musim kemarau, ia berbuah, musim penghujan, iapun tetap berbuah.

* FILSAFAT YANG KEEMPAT
Pohon pisang itu, bila kita menanam sekali saja, maka setelah itu akan terus-menerus bersambung pohon pisang darinya.

Makanya kebiasaan orang menjodohkan anaknya, itu memakai tuwuh pohon pisang. Tidak ada yang memakai tuwuh ubi kayu.
Apa maksud memakai tuwuh pohon pisang ?
Maksudnya ialah : Mantu sekali, biar tidak bolak-balik mantu,  supaya  Istiqomath Thoriqotuhu.

* FILSAFAT YANG KELIMA
Pohon pisang adalah misal pemimpin yang sejati. Sebab bagi pohon pisang, tidaklah berlaku pepatah : “Patah tumbuh hilang berganti”.
Sebab pohon pisang itu, sebelum ia berbuah (hamil), maka ia beranak lebih dahulu.
Jadi pepatah : “Patah tumbuh, hilang berganti”, itu pepatah yang tidak berlaku bagi pohon pisang, akan tetapi yang berlaku bagi pohon pisang ialah pepatah yang berbunyi : “Sebelum patah tumbuh, sebelum hilang telah siap  penerusnya”. Dan itulah semboyannya pemimpin yang sejati, pemimpin yang baik.

Jadi pemimpin yang baik itu harus mempersiapkan penerusnya, yakni seperti halnya pohon pisang.
Coba kita perhatikanlah pohon pisang !

Pohon pisang itu sebelum berbuah / hamil, maka ia telah beranak terlebih dahulu. Dan sebelum ia mati, maka pohon pisang itu sudah mempersiapkan kader-kader penerus disekelilingnya.
Kalau kita membaca Al Qur-an, kemudian kita menemukan keterangan bahwa di dalam syurga ada “Tholhin Mandluud” : Pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), kemudian kita bayang-bayangkan di syurga ada pisang sobonya. Itu artinya pengertian kita terlalu dangkal, dan tidak mengerti tentang falsafah ilmu. Sebab dalam Al Qur-an itu banyak kalam-kalam hal.

Semoga menjadi inspirasi !

Analisa Rasional Penyebab Rejeki Seret

ORANG beragama percaya bahwa rejeki, jodoh, kematian itu merupakan rahasia Tuhan dan sudah ditetapkan oleh Tuhan. Cuma masalahnya, kata “rahasia” dan “ditentukan” bisa ditafsirkan macam-macam. Kata “rahasia Tuhan” seolah-olah manusia tidak boleh tahu di mana sumber rejekinya. Kata “ditentukan” seolah-olah jumlah maksimalnya sudah ditentukan. Dan beberapa tafsir lainnya.








Sikap orang yang rejekinya seret

Beberapa orang yang rejekinya seret menyikapinya dengan beberapa cara.

1.Ke agama
2.Ke dukun
3.Ke makam orang terkenal
4.Ke kepercayaan atau tahayul
5.Ke rasionalitas

Ad.1.Ke agama

Antara lain rajin beribadah, rajin bersedekah, rajin bersilaturahim, dan bagi yang beragama Islam rajin berzikir, rajin bertahajud, rajin shalat Dhuha dan kegiatan-kegiatan lainnya. Namun, kenyataannya, ada yang berhasil dan banyak juga yang rejekinya tetap saja seret.

Ad.2.Ke dukun atau paranormal

Sebagian orang ingin menyelesaikan persoalannya dengan cara mendatangi dukun dan paranormal. Kemudian mendapatkan jimat atau melakukan sesuatu yang diperintahkan dukun atau paranormal. Misalnya, menyembelih ayam putih, mandi air kembang tujuh rupa dan ritual-ritual lainnya. Katanya, kalau percaya, rejekinya lancar. Kalau tidak lancar. Ada yang berhasil (mungkin kebetulan) namun banyak juga yang gagal. Kalau datang lagi ke dukun atau paranormal, akan diberi jimat lain dan syarat-syarat lain danseterusnya.

Ad.3.Ke makam orang terkenal

Beberapa di antaranya ada yang berziarah ke makam orang terkenal. Bukannya mendoakan agar segala dosa almarhum diampuni Tuhan, tetapi justru meminta pertolongan ke arwah agar rejekinya dilancarkan. Dan biaasanya diikuti ritual-ritual lainnya seperti bersemedi di samping makam dan sebagainya.

Ad.4.Ke kepercayaan atau tahayul

Sebagian lagi menempuh usaha melalui kepercayaan. Misalnya ke Gunung Bromo, ke Gunung Tengger atau ke tempat-tempat yang dianggap keramat. Mandi di sendang atau danau kecil yang dipercaya bisa mendatangkan rejeki dan tolak bala. Puasa mutih (hanya makan nasi putih dan minum air putih tawar). Mengikuti tradisi-tradisi yang dianggap bisa mendatangkan rejeki, misalnya rebutan nasi tumpeng. Mempercayai hitungan weton, tanggal lahir, astrologi, shio dan semacamnya. Membaca doa-doa di luar ayat-ayat kitab suci. Tidak buka usaha tiap Selasa karena dianggap hari sial. Serta kepercayaan-kepercayaan lainnya yang tidak berdasarkan agama.

Ad.5.Ke rasionalitas

Golongan rasionali percaya bahwa di samping berdoa, juga wajib berusaha secara rasional. Juga yakin bahwa rejeki seret karena beberapa hal yang sifatnya rasional. Antara lain:

  • Bidang usaha atau bidang kerja yang kurang diminati
  • Lokasi usahanya kurang strategis
  • Pelayanan yang tidak profesional
  • Tempat atau penampilan tempat usaha yang kurang menarik
  • Harga atau biaya yang terlalu mahal
  • Kualitas barang atau jasa yang kurang memuaskan
  • Promosi yang kurang efektif
  • Mempertahankan usaha yang prospeknya rendah
  • Tidak punya tempat parkir atau tempat parkir sempit
  • Minimnya relasi , komunikasi maupun silaturahim terhadap masyarakat
  • Solusi secara rasional
Di samping rajin beribadah dan berdoa, maka supaya rejeki menjadi lancar perlu menempuh cara-cara yang rasional. Antara lain:

  • Memilih bidang usaha atau bidang kerja yang tepat. Jika perlu menambah jenis barang yang dijual ataau bahkan mengganti bidang usaha atau pekerjaan.
  • Lokasi yang strategis
  • Pelayanan yang ramah, supel, selalu tersenyum dan tidak emosional
  • Mengubah tampilan tempat usaha (front of) yang menarik, baik warna, bentuk ataupun tampilannya.
  • Tersedia harga yang variatif, mulai yang murah hingga yang mahal dan hargapun terjangkau tidak lebih mahal dari harga yang ditentukan para pesaing
  • Meningkatkan kualitas barang atau jasa. Antara lain, mengubah kemasaan, model, rasa dan memodifikasi bentuk barang atau layanaan jasa.
  • Promosi harus ditingkatkan, baik lewat spanduk, brosur dan usaha-usaha lainnya.
  • Mengusahakan pindah tempat yang ada tempat parkirnya dan cukup memadai
  • Menjalin relasi atau pandai bergaul dengan masyarakat sebanyak-banyaknya.


Kesimpulan

Walaupun shalat 1.000 rakaat atau 1.000.000 rakaat, kalau tidak diimbangi usaha-usaha yang rasional, maka rejeki tetap saja seret. Sebab, Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu umat kalau umat itu tidak mau mengubahnya sendiri. Meskipun demikian, manusia berusaha, Tuhan menentukan. Artinya, jangan takut mencoba, jangan takut gagal dan jangan takut mencoba lagi dengan objek usaha, objek kerja atau dengan cara yang lebih benar. Doa dan usaha yang rasional adalah kunci untuk mengubah nasib.

Semoga bermanfaat.

Hariyanto Imadha

Manusia atau Tuhan Yang Menentukan ?


ADA dua kalimat yang dianggap orang bersifat kontradiksi atau bertentangan. Pertama, kalimat yang mengatakan “Tuhan tidak akan mengubah nasib manusia, kalau manusia itu tidak mau mengubahnya” (Faham Freedomisme). Sebaliknya ada kalimat ” Manusia berusaha, tetapi Tuhan yang menentukan” (Faham Determinisme”). Lalu, yang mengubah nasib manusia itu manusia atau Tuhan? Mana yang benar?

Faham freedomisme

Faham ini memang mengajarkan kepada kita bahwa manusia mempunyai kebebasan. Bebas dari dan bebas untuk. Bebas “dari” artinya bebas dari hal-hal yang negatif dan bebas “untuk: artinya bebas untuk melakukan hal-hal yang positif. Atau sebaliknya. Pokoknya, manusia mempunyai kebebasan. Bahkan sejak jaman Nabi Adam dan setanpun semuanya diberi kebebasan. Juga hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta. Secara ekstrim, freedomisme diterjemahkan sebagai kebabasan manusia di mana Tuhan tidak ikut campur tangan.

Faham determinisme

Yaitu faham yang mengatakan bahwa semua kejadian di dunia ini sudah ditentukan Tuhan. Saking ekstrimnya ada yang mengatakan jatuhnya daun juga sudah ditentukan Tuhan. Bahkan lebih ekstrim lagi orang kentutpun sudah ditentukan Tuhan. Katanya, manusia hanya melakukannya saja sesuai dengan keinginan Tuhan. Secara ekstrim dikatakan bahwa semua kejadian ditentukan Tuhan. Tidak ditentukan manusia. Bahkan orang yang sukses itu juga karena Tuhan.Bukan karena manusia.

Gabungan antara freedomisme dan determinisme

Sesungguhnya kehidupan di dunia ini, merupakan gabungan antara freedomisme dan determinisme. Merupakan gabungan antara kebebasan dan ketidakbebasan. Artinya, kebebasan manusia adalah kebebasan yang terbatas.

Apa maksudnya kebebasan yang terbatas

Semua manusia ditakdirkan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Mempunyai kebebasan dan keterbatasan. Dalam hal-hal tertentu manusia bisa menggunakan kebebasan. Namun dalam hal-hal tertentu kebebasan itu dibatasi.

Bebas dalam hal apa?
Kebebasan yang dimiliki sebenarnya bebas dalam segala hal. Bebas memilih agama, memilih sekolah, memilih pakaian, memilih warna, memilih makanan dan minuman, memilih tidur atau tidak tidur dan sebagainya.

Tidak bebas dalam hal apa?
Manusia mempunyai keterbatasan. Keterbatasan dalam berpikir, keterbatasan secara fisik maupun psikis, keterbatasan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dan keterbatasan lainnya.

Logika manusia, logika alam dan logika Tuhan

Logika manusia adalah logika sebatas kemampuan akal manusia. Logika alam adalah logika sebab akibat. Logika Tuhan adalah logika di luar kemampuan akal manusia.

Apa maksud rezeki, jodoh dan nasib sudah ditentukan Tuhan?

Maksudnya adalah, Tuhan menyediakan “potensi rezeki”,”potensi jodoh” dan “potensi kematian”. Sedangkan “aktualita”nya ditentukan manusia (dalam batas-batas tertentu).

Potensi rezeki

Sebenarnya semua manusia diberi kesempatan untuk mencari rezeki. Asal mau berusaha, rezeki pasti ada. Sebaliknya, kalau tidak mau berusaha, rezeki tidak ada. Meskipun demikian rezeki orang tidaklah sama. Ada batasnya. Itulah sebabnya, di negara manapun selalu ada kelompok masyarakat miskin, sedang dan kaya. Bukan berarti yang miskin tetap miskin, yang sedang tetap sedang dan yang kaya tetap kaya. Semua bisa berubah, asal ada kemauan dan direstui Tuhan. Mereka yang direstui Tuhan adalah manusia yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh agama masing-masing.

Potensi jodoh

Sebenarnya potensi jodoh sudah tersedia banyak. Manusia tinggal memilih. Manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihannya. Meskipun demikian manusia bisa salah pilih. Oleh karena itu bisa terjadi kawin cerai.  Oleh karena itu, orang ada yang dimudahkan jodohnya dan ada yang dipersulit jodohnya karena ulah manusia itu sendiri. Mereka yang dimudahkan mendapatkan jodoh adalah mereka yang memenuhi syarat yang ditentukan agamanya masing-masing.

Potensi kematian

Semua orang punya potensi untuk mati. Bahkan bunuh diripun sangat dimungkinkan. Bahkan mati karena ngebut pakai motor juga sangat dimungkinkan. Semua potensi yang dilakukan oleh manusia adalah akibat kebebasannya untuk menjemput kematian. Sedangkan kematian yang di luar keterbatasannya adalah kematian yang ditentukan Tuhan.

Kesimpulan

  1. Freedomisme atau kebebasan manusia adalah kebebasan yang ada batasnya. Ketika usahanya sudah optimal atau maksimal, maka determinisme-lah yang berbicara.
  2. Determinisme adalah, manakala usaha manusia sudah optimal atau maksimal, maka Tuhanlah yang akan menentukannya.
  3. Artinya, manusia wajib berusaha semaksimal mungkin, namun batas maksimalnya telah ditentukan Tuhan.


Renungan

Ketika Anda gagal, ada kemungkinan Anda salah menggunakan kebebasan Anda. Cobalah dengan cara/alternatif  yang lain.

Hariyanto Imadha

Kalam Terdalam

Kalam terdalam (1)

Tahapan antara alam Naasut dan alam Malakut adalah Syariat
Tahapan antara alam Malakut dan Jabarut adalah Tarekat
Tahapan antara alam Jabarut dan alam Lahut adalah Hakekat
(Maksudnya : Alam Naasut = Alam Manusia, Alam Malakut = Alam Roh, Alam Jabarut = Alam Gaib, Alam Lahut = Alam Gaibul Gaib).

Allah tidak pernah mewujudkan Diri-Nya dalam sesuatu apapun sebagaimana perwujudanNya dalam Diri Manusia.
“Akulah Pencipta tempat, dan Aku tidak memiliki tempat”
“Aku Ciptakan Malaikat dari Cahaya Manusia, dan Aku Ciptakan Manusia dari cahaya-Ku.
“Aku Jadikan manusia sebagai kendaraan-Ku, dan Aku jadikan seluruh isi alam sebagai kendaraan bagi manusia.”Betapa indahnya Aku sebagai Pencari! dan Betapa indahnya manusia sebagai yang dicari!
Betapa indahnya manusia sebagai pengendara, dan betapa indahnya alam sebagai kendaraan baginya.

(Maksudnya : Allah swt, sebagai pencari sarana, memilih manusia(makhluk yang paling mulia) sebagai kendaraanNya. Betapa Agungnya Dia dan betapa terhormatnya manusia yang telah dipilihNya. Dan merupakan keagungan pula bagi Alam karena telah dijadikan oleh manusia sebagai kendaraan yang membawanya kepada tujuannya.)


“Manusia adalah Rahasia-Ku dan Aku adalah Rahasianya”
(Maksudnya : Jika manusia menyadari kedudukannya di sisi-Ku, maka ia akan berucap pada setiap hembusan nafasnya, “Milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?”)

(Maksudnya lagi : Jika manusia mengetahui secara hakiki betapa tinggi kedudukannya dan betapa dekat ia dengan Allah swt, maka ia akan merasa bahwa suatu saat nanti, Allah swt, akan memberikan kekuasaanNya kepadanya. Karena itulah ia akan senantiasa menanti, kapan saat penyerahan itu tiba, dengan kalimat : “Milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?”)
Tidaklah manusia makan sesuatu, atau minum sesuatu, dan tidaklah ia berdiri atau duduk, berbicara atau diam, tidak pula ia melakukan suatu perbuatan, menuju sesuatu atau menjauhi sesuatu, kecuali Aku Ada di situ, Bersemayam dalam dirinya dan Menggerakkannya.
Tubuh manusia, Jiwanya, Hatinya, Ruhnya, Pendengarannya, Penglihatannya, Tangannya, Kakinya, dan Lidahnya, semua itu Aku Persembahkan kepadanya oleh Diri-Ku, untuk Diri-Ku. Dia tak lain adalah Aku, dan Aku Bukanlah selain dia.”


Kalam terdalam (2)

Janganlah engkau makan sesuatu atau minum sesuatu dan janganlah engkau tidur, kecuali dengan kehadiran Hati yang “sadar” dan mata yang “awas”.
“Barangsiapa terhalang dari perjalanan-Ku di dalam batin, maka ia akan diuji dengan perjalanan dzahir, dan ia tidak akan semakin dekat dari-Ku melainkan justru semakin menjauh dalam perjalanan batin.”
Kemanunggalan Ruhani merupakan keadaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata,.
Siapa yang percaya denganNya sebelum mengalaminya sendiri, maka ia telah “mengingkariNya”.
Dan siapa menginginkan “ibadah” setelah mencapai keadaan Wushul, maka ia telah “menyekutukanNya”

(Maksudnya : “Penyatuan Ruhani” antara makhluk dan Khaliq tidak akan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Jika seseorang belum mengalaminya sendiri, maka ia akan cenderung mengingkarinya. Dan orang yang mengaku telah mengalaminya padahal belum, maka ia telah “mendustai diri”. Orang yang telah mencapai keadaan ini, tiada yang ia inginkan selain perjumpaan denganNya. Jika ia menginginkan hal lain, meski itu berupa ibadah sekalipun, dalam maqam ini, ia dianggap telah menyekutukanNya dengan keinginannya yang lain itu.) Barangsiapa memperoleh kebahagiaan Azali, maka selamat atasnya, dia tidak akan terhina selamanya. Dan barang siapa memperoleh kesengsaraan Azali, maka celaka baginya, dia tidak akan diterima, dan terhina karenanya.

Aku Jadikan kefakiran dan “keperluan” sebagai kendaraan manusia. siapa saja yang menaikinya, maka ia telah sampai di tempatnya sebelum menyeberangi gunung dan lembah.

(Maksudnya : Kefakiran dan “keperluan” merupakan sarana yang membawa manusia kepada kesadaran akan Jati Dirinya dan kebesaran Allah swt. Orang yang telah sampai pada kesadaran semacam ini berarti telah sampai pada posisinya yang tepat, tanpa harus menempuh perjalanan yang berliku-liku.)

Kalam terdalam (3)
Kematian merupakan saat disingkapkannya hakekat segala sesuatu, dan perjumpaan dengan Tuhan adalah saat yang paling dinantikan oleh orang yang merindukanNya.
Semua makhluk pada hari kiamat akan dihadapkan kepadaKu dalam keadaan tuli, bisu dan buta, lalu merasa rugi dan menangis.
Cinta merupakan tirai yang membatasi antara sang pencinta dan yang dicintai. Bila sang pencinta telah padam dari cintanya, berarti ia telah sampai kepada Sang Kekasih.

(Maksudnya : Cinta tiada lain kecuali keinginan sang pencinta untuk berjumpa dan bersatu dengan yang dicintai. Bila keduanya telah bertemu, maka cinta itu sendiri akan lenyap, dan keberadaan cinta itu justru akan menjadi penghalang antara keduanya.)“Aku Melihat Roh-roh menunggu di dalam jasad-jasad mereka setelah ucapanNya, ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu ?’ sampai hari kiamat.”
Aku melihat Tuhan Yang Maha Agung dan Dia berkata :
“Barangsiapa bertanya kepada-Ku tentang melihat setelah mengetahui, berarti ia terhalang dari pengetahuan tentang melihat. Dan barangsiapa mengira bahwa melihat tidak sama dengan mengetahui, maka berarti ia telah terperdaya oleh melihat Allah swt.’”

(Maksudnya : Mengetahui = Melihat dengan mata hati. Jadi, Melihat = mengetahui)
Kalam terdalam (4)“Aku Yang Paling Mulia di antara semua yang mulia, dan Aku Yang Paling Penyayang di antara semua yang penyayang.”
“Tidurlah di sisi-Ku, maka engkau akan melihat-Ku.”
Tidurlah dengan menjauhkan jasmani dari kesenangan, menjauhkan nafsu dari syahwat, menjauhkan hati dari pikiran dan perasaan buruk, dan jauhkan roh dari pandangan yang melalaikan, lalu meleburlah kedalam DzatKu.
Barangsiapa di antara kalian yang menginginkan kedekatan dengan-Ku, maka hendaklah ia memilih kefakiran, lalu kefakiran dari kefakiran. Bila kefakiran itu telah sempurna, maka tak ada lagi apapun selain Aku.
(Maksudnya : Kefakiran adalah suatu keadaan keperluan. jika seseorang tidak memerlukan apa pun selain Allah swt, jika kefakirannya telah sempurna, baginya, yang wujud hanyalah Allah swt, tak ada selainNya)
“Ambillah manfaat dari do’a kaum fakir, karena mereka bersama-Ku dan Aku Bersama mereka.”

Kalam terdalam  (5)
Tak ada “pesta pora” dan kenikmatan di dalam surga setelah kemunculan-Ku di sana, dan tak ada kesendirian, kesengsaraan dan kebakaran di dalam neraka setelah sapaan-Ku kepada para penghuninya.

(Maksudnya : keinginan dan kenikmatan terbesar manusia di alam akhirat itu hanyalah perjumpaan dengan Allah swt. maka kenikmatan di dalam surga dan kesengsaraan di dalam neraka tidak akan terasa jika dihadapkan pada kenikmatan perjumpaan dengan Allah swt, meski itu hanya dalam bentuk sapaan belaka)

Jangan peduli pada surga dan apa yang ada di sana, maka engkau akan melihat Aku tanpa perantara. Dan jangan peduli pada neraka serta apa yang ada di sana, maka engkau akan melihat Aku tanpa perantara.

Para penghuni surga disibukkan oleh surga, sebagian penghuni surga berlindung dari kenikmatan didalamnya, dan para penghuni neraka disibukkan oleh-Ku, sebagian penghuni neraka berlindung dari jilatan api.

(Maksudnya : Penghuni surga yang berlindung dari kenikmatan, mereka terlena sehingga lupa akan kenikmatan yang paling besar, yakni perjumpaan dengan Allah swt)
Sesungguhnya Aku memiliki hamba-hamba “Khusus” yang Derajat mereka tidak diketahui oleh siapapun dari penghuni dunia maupun penghuni akhirat, dari penghuni surga ataupun neraka, tidak juga malaikat malik ataupun ridwan, karena Aku tidak menjadikan mereka untuk surga maupun untuk neraka, tidak untuk pahala ataupun siksa, tidak untuk bidadari, istana maupun pelayan-pelayan mudanya. Maka beruntunglah orang yang mempercayai mereka…

Di antara tanda-tanda mereka di dunia adalah : 
Tubuh-tubuh mereka terbakar karena sedikitnya makan dan minum,  Nafsu mereka telah hangus dari syahwat,  Hati mereka telah hangus dari pikiran dan perasaan buruk, 
Ruh-ruh mereka juga telah hangus dari pandangan yang melalaikan. Mereka adalah pemilik ke-Abadi-an yang terbakar oleh Cahaya perjumpaan.

Kalam terdalam (6)
Tak seorang pun dari ahli maksiat yang jauh dari-Ku, dan tak seorangpun dari ahli ketaatan yang dekat dari-Ku.”

(Maksudnya, walaupun seseorang termasuk ahli maksiat, Allah swt, tetap dekat dengannya sehingga jika ia mau bertobat, Allah swt pasti menerimanya. Dan janganlah seorang yang taat menyombongkan diri atas ketaatannya, karena dengan begitu ia justru akan semakin jauh dari Allah swt, memiliki perasaan kekurangan dan penyesalan itulah yang menyebabkan seseorang dekat kepada Allah swt)

Kalangan maksiat, yang merasa memiliki kekurangan dan rasa penyesalan maka ia dekat dengan-KU

Merasa memiliki kekurangan merupakan sumber cahaya, dan mengagumi cahaya diri sendiri merupakan sumber kegelapan.

Ahli ketaatan selalu mengingat kenikmatan, dan ahli maksiat selalu mengingat Yang Maha Pengasih

Aku Dekat dengan pelaku maksiat setelah ia berhenti dari kemaksiatannya, dan Aku Jauh dari orang yang taat setelah ia berhenti dari ketaatannya

Ahli maksiat akan tertutupi oleh kemaksiatannya, dan ahli taat akan tertutupi oleh ketaatannya. 

Dan Aku memiliki hamba-hamba selain mereka, yang tidak ditimpa kesedihan maksiat dan keresahan ketaatan.

Sampaikan kabar gembira ini kepada para pendosa tentang adanya keutamaan, kemurahan dan ampunan dan sampaikan berita kepada para pengagum diri sendiri tentang adanya keadilan dan pembalasan.

Kalam terdalam (7)
“Katakan kepada para sahabatmu, siapa di antara mereka yang ingin sampai kepada-Ku,  aka ia harus keluar dari segala sesuatu selain Aku” “Keluarlah dari batas dunia, maka engkau akan sampai ke akhirat, dan keluarlah dari batas khirat, maka engkau akan sampai kepada-Ku.”  “Keluarlah engkau dari raga dan jiwamu, lalu keluarlah dari hati dan ruhmu, lalu keluarlah dari hukum dan perintah, maka engkau akan sampai kepada-Ku.” 
……………………………………….

“Wahai Tuhanku, shalat seperti apa yang paling dekat dengan-Mu ?.”  “Shalat yang di dalamnya tiada apapun kecuali Aku, dan orang yang melakukannya “lenyap” dari shalatnya dan tenggelam karenanya.”

(Maksudnya : niat dan perhatian si pelaku shalat hanya tertuju kepada Allah swt, fokusnya bukan lagi penampilan fisik maupun gerakan-gerakan, melainkan kepada makna batiniah shalat itu)

“Wahai Tuhanku, puasa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” 
“Puasa yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, dan orang yang melakukannya “lenyap” darinya”
“Wahai Tuhanku, amal apa yang paling utama di sisi-Mu ?.”  “Amal yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, baik itu (harapan) surga ataupun (ketakutan) neraka, dan pelakunya “lenyap” darinya.” “Bila engkau ingin memandang-Ku di setiap tempat, maka engkau harus “lenyap” (kosongkan hati dari selain Aku)”

“Wahai Tuhanku, tangisan seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” 
“Tangisan orang-orang yang tertawa.” “Wahai Tuhanku, tertawa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?” “Tertawanya orang-orang yang menangis karena bertobat.”
“Wahai Tuhanku, tobat seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.”  “Tobatnya orang-orang yang suci.” “Wahai Tuhanku, kesucian seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” 
“Kesucian orang-orang yang bertobat.” “Wahai Tuhanku, apa ilmunya ilmu itu ?.”
“Ilmunya ilmu adalah ketidaktahuan akan ilmu.”

Pencari ilmu di mata-Ku tidak mempunyai jalan kecuali setelah ia mengakui kebodohannya, karena jika ia tidak melepaskan ilmu yang ada padanya, ia akan menjadi “setan”

(Maksudnya : Ilmu yang sesungguhnya adalah yang ada di sisi Allah swt, sementara ilmu yang kita miliki hanyalah semu dan palsu… Selama manusia tidak melepas kepalsuan itu, ia tidak akan menemukan ilmu sejati… Ilmu sejati tidak akan berlawanan dengan perbuatan… “Setan” adalah contoh pemilik ilmu yang perbuatannya berlawanan dengan ilmu yang dimilikinya)

Kalam terdalam (8)
“Wahai Tuhanku, apa makna kerinduan ?”
Engkau mesti merindukan-Ku dan mengosongkan hatimu dari selain Aku. jika engkau mengerti bentuk kerinduan maka engkau harus lenyap dari kerinduan, karena ia merupakan penghalang antara si perindu dan yang dirindukan.

Bila engkau berniat melakukan tobat, maka pertama kali engkau harus bertobat dari nafsu, lalu mengeluarkan pikiran dan perasaan buruk dari hati dengan mengusir kegelisahan dosa, maka engkau akan sampai kepada-Ku. Dan hendaknya engkau bersabar, karena bila tidak bersabar berarti engkau hanya bermain-main belaka.

Perjuangan spiritual (mujahadah) adalah salah satu lautan di samudera penyaksian (musyahadah) dan telah dipilih oleh orang-orang yang sadar.

“Barangsiapa hendak masuk ke samudera musyahadah, maka ia harus memilih mujahadah, karena mujahadah merupakan benih dari musyahadah dan musyahadah tanpa mujahadah adalah mustahil”.
“Barangsiapa telah memilih mujahadah, maka ia akan mengalami musyahadah, dikehendaki atau tidak dikehendaki.”

(Maksudnya : Mujahadah adalah perjuangan spiritual dengan cara menekan keinginan-keinginan jasmani, nafsu, dan jiwa, agar tunduk di bawah kendali ruh kita. Musyahadah adalah penyaksian akan kebesaran dan keagungan Allah swt, melalui tanda-tanda keagungan-Nya di alam ini)

Para pencari jalan spiritual tidak dapat berjalan tanpa mujahadah, sebagaimana mereka tak dapat melakukannya tanpa Aku.

Berbahagialah seorang hamba yang hatinya condong kepada mujahadah, dan celakalah bagi hamba yang hatinya condong kepada syahwat.