ORANG beragama percaya bahwa rejeki, jodoh, kematian itu merupakan rahasia Tuhan dan sudah ditetapkan oleh Tuhan. Cuma masalahnya, kata “rahasia” dan “ditentukan” bisa ditafsirkan macam-macam. Kata “rahasia Tuhan” seolah-olah manusia tidak boleh tahu di mana sumber rejekinya. Kata “ditentukan” seolah-olah jumlah maksimalnya sudah ditentukan. Dan beberapa tafsir lainnya.
Sikap orang yang rejekinya seret
Beberapa orang yang rejekinya seret menyikapinya dengan beberapa cara.
1.Ke agama
2.Ke dukun
3.Ke makam orang terkenal
4.Ke kepercayaan atau tahayul
5.Ke rasionalitas
Ad.1.Ke agama
Antara lain rajin beribadah, rajin bersedekah, rajin bersilaturahim, dan bagi yang beragama Islam rajin berzikir, rajin bertahajud, rajin shalat Dhuha dan kegiatan-kegiatan lainnya. Namun, kenyataannya, ada yang berhasil dan banyak juga yang rejekinya tetap saja seret.
Ad.2.Ke dukun atau paranormal
Sebagian orang ingin menyelesaikan persoalannya dengan cara mendatangi dukun dan paranormal. Kemudian mendapatkan jimat atau melakukan sesuatu yang diperintahkan dukun atau paranormal. Misalnya, menyembelih ayam putih, mandi air kembang tujuh rupa dan ritual-ritual lainnya. Katanya, kalau percaya, rejekinya lancar. Kalau tidak lancar. Ada yang berhasil (mungkin kebetulan) namun banyak juga yang gagal. Kalau datang lagi ke dukun atau paranormal, akan diberi jimat lain dan syarat-syarat lain danseterusnya.
Ad.3.Ke makam orang terkenal
Beberapa di antaranya ada yang berziarah ke makam orang terkenal. Bukannya mendoakan agar segala dosa almarhum diampuni Tuhan, tetapi justru meminta pertolongan ke arwah agar rejekinya dilancarkan. Dan biaasanya diikuti ritual-ritual lainnya seperti bersemedi di samping makam dan sebagainya.
Ad.4.Ke kepercayaan atau tahayul
Sebagian lagi menempuh usaha melalui kepercayaan. Misalnya ke Gunung Bromo, ke Gunung Tengger atau ke tempat-tempat yang dianggap keramat. Mandi di sendang atau danau kecil yang dipercaya bisa mendatangkan rejeki dan tolak bala. Puasa mutih (hanya makan nasi putih dan minum air putih tawar). Mengikuti tradisi-tradisi yang dianggap bisa mendatangkan rejeki, misalnya rebutan nasi tumpeng. Mempercayai hitungan weton, tanggal lahir, astrologi, shio dan semacamnya. Membaca doa-doa di luar ayat-ayat kitab suci. Tidak buka usaha tiap Selasa karena dianggap hari sial. Serta kepercayaan-kepercayaan lainnya yang tidak berdasarkan agama.
Ad.5.Ke rasionalitas
Golongan rasionali percaya bahwa di samping berdoa, juga wajib berusaha secara rasional. Juga yakin bahwa rejeki seret karena beberapa hal yang sifatnya rasional. Antara lain:
- Bidang usaha atau bidang kerja yang kurang diminati
- Lokasi usahanya kurang strategis
- Pelayanan yang tidak profesional
- Tempat atau penampilan tempat usaha yang kurang menarik
- Harga atau biaya yang terlalu mahal
- Kualitas barang atau jasa yang kurang memuaskan
- Promosi yang kurang efektif
- Mempertahankan usaha yang prospeknya rendah
- Tidak punya tempat parkir atau tempat parkir sempit
- Minimnya relasi , komunikasi maupun silaturahim terhadap masyarakat
- Solusi secara rasional
- Memilih bidang usaha atau bidang kerja yang tepat. Jika perlu menambah jenis barang yang dijual ataau bahkan mengganti bidang usaha atau pekerjaan.
- Lokasi yang strategis
- Pelayanan yang ramah, supel, selalu tersenyum dan tidak emosional
- Mengubah tampilan tempat usaha (front of) yang menarik, baik warna, bentuk ataupun tampilannya.
- Tersedia harga yang variatif, mulai yang murah hingga yang mahal dan hargapun terjangkau tidak lebih mahal dari harga yang ditentukan para pesaing
- Meningkatkan kualitas barang atau jasa. Antara lain, mengubah kemasaan, model, rasa dan memodifikasi bentuk barang atau layanaan jasa.
- Promosi harus ditingkatkan, baik lewat spanduk, brosur dan usaha-usaha lainnya.
- Mengusahakan pindah tempat yang ada tempat parkirnya dan cukup memadai
- Menjalin relasi atau pandai bergaul dengan masyarakat sebanyak-banyaknya.
Kesimpulan
Walaupun shalat 1.000 rakaat atau 1.000.000 rakaat, kalau tidak diimbangi usaha-usaha yang rasional, maka rejeki tetap saja seret. Sebab, Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu umat kalau umat itu tidak mau mengubahnya sendiri. Meskipun demikian, manusia berusaha, Tuhan menentukan. Artinya, jangan takut mencoba, jangan takut gagal dan jangan takut mencoba lagi dengan objek usaha, objek kerja atau dengan cara yang lebih benar. Doa dan usaha yang rasional adalah kunci untuk mengubah nasib.
Semoga bermanfaat.
Hariyanto Imadha