Kalam terdalam (1)
Tahapan antara alam Naasut dan alam Malakut adalah Syariat
Tahapan antara alam Malakut dan Jabarut adalah Tarekat
Tahapan antara alam Jabarut dan alam Lahut adalah Hakekat
(Maksudnya : Alam Naasut = Alam Manusia, Alam Malakut = Alam Roh, Alam Jabarut
= Alam Gaib, Alam Lahut = Alam Gaibul Gaib).
Allah tidak pernah mewujudkan Diri-Nya dalam sesuatu apapun sebagaimana
perwujudanNya dalam Diri Manusia.
“Akulah Pencipta tempat, dan Aku tidak memiliki
tempat”
“Aku Ciptakan Malaikat dari Cahaya Manusia, dan Aku Ciptakan Manusia dari
cahaya-Ku.
“Aku Jadikan manusia sebagai kendaraan-Ku, dan Aku jadikan seluruh isi alam
sebagai kendaraan bagi manusia.”Betapa indahnya Aku sebagai Pencari! dan Betapa
indahnya manusia sebagai yang dicari!
Betapa indahnya manusia sebagai pengendara, dan betapa indahnya alam sebagai
kendaraan baginya.
(Maksudnya : Allah swt, sebagai pencari sarana, memilih manusia(makhluk yang
paling mulia) sebagai kendaraanNya. Betapa Agungnya Dia dan betapa terhormatnya
manusia yang telah dipilihNya. Dan merupakan keagungan pula bagi Alam karena
telah dijadikan oleh manusia sebagai kendaraan yang membawanya kepada
tujuannya.)
“Manusia adalah Rahasia-Ku dan Aku adalah Rahasianya”
(Maksudnya : Jika manusia menyadari kedudukannya di sisi-Ku, maka ia akan berucap pada setiap hembusan nafasnya, “Milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?”)
(Maksudnya : Jika manusia menyadari kedudukannya di sisi-Ku, maka ia akan berucap pada setiap hembusan nafasnya, “Milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?”)
(Maksudnya lagi : Jika manusia mengetahui secara hakiki betapa tinggi
kedudukannya dan betapa dekat ia dengan Allah swt, maka ia akan merasa bahwa
suatu saat nanti, Allah swt, akan memberikan kekuasaanNya kepadanya. Karena
itulah ia akan senantiasa menanti, kapan saat penyerahan itu tiba, dengan
kalimat : “Milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?”)
Tidaklah manusia makan sesuatu, atau minum sesuatu, dan tidaklah ia
berdiri atau duduk, berbicara atau diam, tidak pula ia melakukan suatu perbuatan,
menuju sesuatu atau menjauhi sesuatu, kecuali Aku Ada di situ, Bersemayam dalam
dirinya dan Menggerakkannya.
Tubuh manusia, Jiwanya, Hatinya, Ruhnya, Pendengarannya, Penglihatannya, Tangannya, Kakinya, dan Lidahnya, semua itu Aku Persembahkan kepadanya oleh Diri-Ku, untuk Diri-Ku. Dia tak lain adalah Aku, dan Aku Bukanlah selain dia.”
Tubuh manusia, Jiwanya, Hatinya, Ruhnya, Pendengarannya, Penglihatannya, Tangannya, Kakinya, dan Lidahnya, semua itu Aku Persembahkan kepadanya oleh Diri-Ku, untuk Diri-Ku. Dia tak lain adalah Aku, dan Aku Bukanlah selain dia.”
Kalam terdalam (2)
Janganlah engkau makan sesuatu atau minum
sesuatu dan janganlah engkau tidur, kecuali dengan kehadiran Hati yang “sadar”
dan mata yang “awas”.
“Barangsiapa terhalang dari perjalanan-Ku di dalam batin, maka ia akan
diuji dengan perjalanan dzahir, dan ia tidak akan semakin dekat dari-Ku
melainkan justru semakin menjauh dalam perjalanan batin.”
Kemanunggalan Ruhani merupakan keadaan yang tak dapat diungkapkan
dengan kata-kata,.
Siapa yang percaya
denganNya sebelum mengalaminya sendiri, maka ia telah “mengingkariNya”.
Dan siapa menginginkan “ibadah” setelah mencapai keadaan Wushul, maka ia telah “menyekutukanNya”
Dan siapa menginginkan “ibadah” setelah mencapai keadaan Wushul, maka ia telah “menyekutukanNya”
(Maksudnya : “Penyatuan Ruhani” antara makhluk dan Khaliq tidak akan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Jika seseorang belum mengalaminya sendiri, maka ia akan cenderung mengingkarinya. Dan orang yang mengaku telah mengalaminya padahal belum, maka ia telah “mendustai diri”. Orang yang telah mencapai keadaan ini, tiada yang ia inginkan selain perjumpaan denganNya. Jika ia menginginkan hal lain, meski itu berupa ibadah sekalipun, dalam maqam ini, ia dianggap telah menyekutukanNya dengan keinginannya yang lain itu.) Barangsiapa memperoleh kebahagiaan Azali, maka selamat atasnya, dia tidak akan terhina selamanya. Dan barang siapa memperoleh kesengsaraan Azali, maka celaka baginya, dia tidak akan diterima, dan terhina karenanya.
Aku Jadikan kefakiran dan “keperluan” sebagai kendaraan manusia. siapa
saja yang menaikinya, maka ia telah sampai di tempatnya sebelum menyeberangi
gunung dan lembah.
(Maksudnya : Kefakiran dan “keperluan” merupakan sarana yang membawa manusia
kepada kesadaran akan Jati Dirinya dan kebesaran Allah swt. Orang yang telah
sampai pada kesadaran semacam ini berarti telah sampai pada posisinya yang
tepat, tanpa harus menempuh perjalanan yang berliku-liku.)
Kalam terdalam (3)
Kematian merupakan saat disingkapkannya hakekat segala sesuatu, dan
perjumpaan dengan Tuhan adalah saat yang paling dinantikan oleh orang yang
merindukanNya.
Semua makhluk pada hari kiamat akan dihadapkan kepadaKu dalam keadaan
tuli, bisu dan buta, lalu merasa rugi dan menangis.
Cinta merupakan tirai yang membatasi antara sang pencinta dan yang
dicintai. Bila sang pencinta telah padam dari cintanya, berarti ia telah sampai
kepada Sang Kekasih.
(Maksudnya : Cinta tiada lain kecuali keinginan sang pencinta untuk berjumpa
dan bersatu dengan yang dicintai. Bila keduanya telah bertemu, maka cinta itu
sendiri akan lenyap, dan keberadaan cinta itu justru akan menjadi penghalang
antara keduanya.)“Aku Melihat Roh-roh menunggu di dalam jasad-jasad mereka
setelah ucapanNya, ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu ?’ sampai hari kiamat.”
Aku melihat Tuhan Yang Maha Agung dan Dia berkata :
“Barangsiapa bertanya kepada-Ku tentang melihat setelah mengetahui, berarti ia terhalang dari pengetahuan tentang melihat. Dan barangsiapa mengira bahwa melihat tidak sama dengan mengetahui, maka berarti ia telah terperdaya oleh melihat Allah swt.’”
“Barangsiapa bertanya kepada-Ku tentang melihat setelah mengetahui, berarti ia terhalang dari pengetahuan tentang melihat. Dan barangsiapa mengira bahwa melihat tidak sama dengan mengetahui, maka berarti ia telah terperdaya oleh melihat Allah swt.’”
(Maksudnya : Mengetahui = Melihat dengan mata hati. Jadi, Melihat = mengetahui)
Kalam terdalam (4)“Aku Yang Paling Mulia di antara semua yang mulia, dan Aku Yang Paling
Penyayang di antara semua yang penyayang.”
“Tidurlah di sisi-Ku, maka engkau akan melihat-Ku.”
Tidurlah dengan menjauhkan jasmani dari kesenangan, menjauhkan nafsu
dari syahwat, menjauhkan hati dari pikiran dan perasaan buruk, dan jauhkan roh
dari pandangan yang melalaikan, lalu meleburlah kedalam DzatKu.
Barangsiapa di antara kalian yang menginginkan kedekatan dengan-Ku,
maka hendaklah ia memilih kefakiran, lalu kefakiran dari kefakiran. Bila
kefakiran itu telah sempurna, maka tak ada lagi apapun selain Aku.
(Maksudnya : Kefakiran adalah suatu keadaan keperluan. jika seseorang
tidak memerlukan apa pun selain Allah swt, jika kefakirannya telah sempurna,
baginya, yang wujud hanyalah Allah swt, tak ada selainNya)
“Ambillah manfaat dari do’a kaum fakir, karena mereka bersama-Ku dan
Aku Bersama mereka.”
Kalam terdalam (5)
Tak ada “pesta pora” dan kenikmatan di dalam surga setelah
kemunculan-Ku di sana, dan tak ada kesendirian, kesengsaraan dan kebakaran di
dalam neraka setelah sapaan-Ku kepada para penghuninya.
(Maksudnya : keinginan dan kenikmatan terbesar manusia di alam akhirat itu hanyalah perjumpaan dengan Allah swt. maka kenikmatan di dalam surga dan kesengsaraan di dalam neraka tidak akan terasa jika dihadapkan pada kenikmatan perjumpaan dengan Allah swt, meski itu hanya dalam bentuk sapaan belaka)
Jangan peduli pada surga dan apa yang ada di sana, maka engkau akan
melihat Aku tanpa perantara. Dan jangan peduli pada neraka serta apa yang ada
di sana, maka engkau akan melihat Aku tanpa perantara.
Para penghuni surga disibukkan oleh surga, sebagian penghuni surga
berlindung dari kenikmatan didalamnya, dan para penghuni neraka disibukkan
oleh-Ku, sebagian penghuni neraka berlindung dari jilatan api.
(Maksudnya : Penghuni surga yang berlindung dari kenikmatan, mereka terlena sehingga lupa akan kenikmatan yang paling besar, yakni perjumpaan dengan Allah swt)
Sesungguhnya Aku memiliki hamba-hamba “Khusus” yang Derajat mereka
tidak diketahui oleh siapapun dari penghuni dunia maupun penghuni akhirat, dari
penghuni surga ataupun neraka, tidak juga malaikat malik ataupun ridwan, karena
Aku tidak menjadikan mereka untuk surga maupun untuk neraka, tidak untuk pahala
ataupun siksa, tidak untuk bidadari, istana maupun pelayan-pelayan mudanya.
Maka beruntunglah orang yang mempercayai mereka…
Di antara tanda-tanda mereka di dunia adalah :
Tubuh-tubuh mereka terbakar karena sedikitnya makan dan minum, Nafsu
mereka telah hangus dari syahwat, Hati mereka telah hangus dari pikiran
dan perasaan buruk,
Ruh-ruh mereka juga telah hangus dari pandangan yang melalaikan. Mereka adalah pemilik ke-Abadi-an yang terbakar oleh Cahaya perjumpaan.
Ruh-ruh mereka juga telah hangus dari pandangan yang melalaikan. Mereka adalah pemilik ke-Abadi-an yang terbakar oleh Cahaya perjumpaan.
Kalam terdalam (6)
Tak seorang pun dari ahli maksiat yang jauh dari-Ku, dan tak seorangpun
dari ahli ketaatan yang dekat dari-Ku.”
(Maksudnya, walaupun seseorang termasuk ahli maksiat, Allah swt, tetap
dekat dengannya sehingga jika ia mau bertobat, Allah swt pasti menerimanya. Dan
janganlah seorang yang taat menyombongkan diri atas ketaatannya, karena dengan
begitu ia justru akan semakin jauh dari Allah swt, memiliki perasaan kekurangan
dan penyesalan itulah yang menyebabkan seseorang dekat kepada Allah swt)
Kalangan maksiat, yang merasa memiliki kekurangan dan rasa penyesalan
maka ia dekat dengan-KU
Merasa memiliki kekurangan merupakan sumber cahaya, dan mengagumi cahaya diri sendiri merupakan sumber kegelapan.
Ahli ketaatan selalu mengingat kenikmatan, dan ahli maksiat selalu
mengingat Yang Maha Pengasih
Aku Dekat dengan pelaku maksiat setelah ia berhenti dari kemaksiatannya, dan Aku Jauh dari orang yang taat setelah ia berhenti dari ketaatannya
Ahli maksiat akan tertutupi oleh kemaksiatannya, dan ahli taat akan tertutupi oleh ketaatannya.
Dan Aku memiliki hamba-hamba selain mereka, yang tidak ditimpa kesedihan maksiat dan keresahan ketaatan.
Sampaikan kabar gembira ini kepada para pendosa tentang adanya
keutamaan, kemurahan dan ampunan dan sampaikan berita kepada para pengagum diri
sendiri tentang adanya keadilan dan pembalasan.
Kalam terdalam (7)
“Katakan kepada para sahabatmu, siapa di antara mereka yang ingin
sampai kepada-Ku, aka ia harus keluar
dari segala sesuatu selain Aku” “Keluarlah dari batas dunia, maka engkau akan
sampai ke akhirat, dan keluarlah dari batas khirat, maka engkau akan sampai
kepada-Ku.” “Keluarlah engkau dari raga dan jiwamu, lalu keluarlah dari
hati dan ruhmu, lalu keluarlah dari hukum dan perintah, maka engkau akan sampai
kepada-Ku.”
……………………………………….
……………………………………….
“Wahai Tuhanku, shalat seperti apa yang paling dekat dengan-Mu ?.”
“Shalat yang di dalamnya tiada apapun kecuali Aku, dan orang yang melakukannya
“lenyap” dari shalatnya dan tenggelam karenanya.”
(Maksudnya : niat dan perhatian si pelaku shalat hanya tertuju kepada Allah swt, fokusnya bukan lagi penampilan fisik maupun gerakan-gerakan, melainkan kepada makna batiniah shalat itu)
“Wahai Tuhanku, puasa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.”
“Puasa yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, dan orang yang melakukannya “lenyap” darinya”
“Puasa yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, dan orang yang melakukannya “lenyap” darinya”
“Wahai Tuhanku, amal apa yang paling utama di sisi-Mu ?.” “Amal
yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, baik itu (harapan) surga ataupun
(ketakutan) neraka, dan pelakunya “lenyap” darinya.” “Bila engkau ingin
memandang-Ku di setiap tempat, maka engkau harus “lenyap” (kosongkan hati dari
selain Aku)”
“Wahai Tuhanku, tangisan seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.”
“Tangisan orang-orang yang tertawa.” “Wahai Tuhanku, tertawa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?” “Tertawanya orang-orang yang menangis karena bertobat.”
“Tangisan orang-orang yang tertawa.” “Wahai Tuhanku, tertawa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?” “Tertawanya orang-orang yang menangis karena bertobat.”
“Wahai Tuhanku, tobat seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?.”
“Tobatnya orang-orang yang suci.” “Wahai Tuhanku, kesucian seperti apa yang
paling utama di sisi-Mu ?.”
“Kesucian orang-orang yang bertobat.” “Wahai Tuhanku, apa ilmunya ilmu itu ?.”
“Ilmunya ilmu adalah ketidaktahuan akan ilmu.”
“Kesucian orang-orang yang bertobat.” “Wahai Tuhanku, apa ilmunya ilmu itu ?.”
“Ilmunya ilmu adalah ketidaktahuan akan ilmu.”
Pencari ilmu di mata-Ku tidak mempunyai jalan kecuali setelah ia
mengakui kebodohannya, karena jika ia tidak melepaskan ilmu yang ada padanya,
ia akan menjadi “setan”
(Maksudnya : Ilmu yang sesungguhnya adalah yang ada di sisi Allah swt, sementara ilmu yang kita miliki hanyalah semu dan palsu… Selama manusia tidak melepas kepalsuan itu, ia tidak akan menemukan ilmu sejati… Ilmu sejati tidak akan berlawanan dengan perbuatan… “Setan” adalah contoh pemilik ilmu yang perbuatannya berlawanan dengan ilmu yang dimilikinya)
Kalam terdalam (8)
“Wahai Tuhanku, apa makna kerinduan ?”
Engkau mesti merindukan-Ku dan mengosongkan hatimu dari selain Aku.
jika engkau mengerti bentuk kerinduan maka engkau harus lenyap dari kerinduan,
karena ia merupakan penghalang antara si perindu dan yang dirindukan.
Bila engkau berniat melakukan tobat, maka pertama kali engkau harus
bertobat dari nafsu, lalu mengeluarkan pikiran dan perasaan buruk dari hati
dengan mengusir kegelisahan dosa, maka engkau akan sampai kepada-Ku. Dan hendaknya
engkau bersabar, karena bila tidak bersabar berarti engkau hanya bermain-main
belaka.
Perjuangan spiritual (mujahadah) adalah salah satu lautan di samudera
penyaksian (musyahadah) dan telah dipilih oleh orang-orang yang sadar.
“Barangsiapa hendak masuk ke samudera musyahadah, maka ia harus memilih
mujahadah, karena mujahadah merupakan benih dari musyahadah dan musyahadah
tanpa mujahadah adalah mustahil”.
“Barangsiapa telah memilih mujahadah, maka ia akan mengalami
musyahadah, dikehendaki atau tidak dikehendaki.”
(Maksudnya : Mujahadah adalah perjuangan spiritual dengan cara menekan keinginan-keinginan jasmani, nafsu, dan jiwa, agar tunduk di bawah kendali ruh kita. Musyahadah adalah penyaksian akan kebesaran dan keagungan Allah swt, melalui tanda-tanda keagungan-Nya di alam ini)
Para pencari jalan spiritual tidak dapat berjalan tanpa mujahadah,
sebagaimana mereka tak dapat melakukannya tanpa Aku.
Berbahagialah seorang hamba yang hatinya condong kepada mujahadah, dan
celakalah bagi hamba yang hatinya condong kepada syahwat.